Bisnis.com, JAKARTA – Emiten produsen pipa PVC PT Multi Makmur Lemindo Tbk. (PIPA) memacu pertumbuhan kinerja pada 2025 melalui rencana diversifikasi produk hingga perluasan pangsa pasar.
Direktur Utama PIPA Imanuel Kevin Mayola menyampaikan optimisme kuat dalam menghadapi tantangan ekonomi global dan pelemahan daya beli pada 2025. Perusahaan fokus pada strategi adaptif yang mencakup diversifikasi, inovasi produk, dan perluasan pasar untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan.
Industri pipa PVC, fitting PVC, dan talang PVC di Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan signifikan. Hal ini didorong oleh komitmen pemerintah terhadap program infrastruktur dan pemukiman, seperti proyek air bersih, sanitasi, dan drainase.
“Kami melihat prospek yang sangat menjanjikan di bidang industri perpipaan. Kebutuhan infrastruktur, irigasi, dan pengairan di Indonesia sebagai negara maritim-agraris terus meningkat. Kebijakan pemerintah, termasuk fokus pada pembangunan perumahan yang terjangkau, menciptakan permintaan yang stabil bagi produk kami,” jelasnya dalam keterangan resmi, Selasa (5/8/2025).
Perseroan juga cukup optimis untuk masuk ke industri minyak dan gas seiring dengan rencana penambahan produk alternatif seperti pipa HDPE dan PPR. Untuk pengembangan produk tersebut, PIPA tengah menjajaki kerja sama dengan berbagai pihak seperti perusahaan dari China untuk mengadopsi teknologi termutakhir.
Di sisi lain, PIPA proaktif menghadapi tantangan seperti fluktuasi harga bahan baku. Perusahaan meningkatkan efisiensi produksi dan mengembangkan strategi distribusi yang lebih efektif.
Baca Juga
“Termasuk digitalisasi pemasaran melalui e-commerce B2B dan kolaborasi strategis dengan kontraktor,” imbuh Kevin.
Saat ini, produk-produk PIPA telah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, dari Sumatera hingga Sulawesi. Ke depannya, perseroan memiliki rencana ambisius untuk berekspansi ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.
"Kami sangat tertarik untuk masuk ke daerah-daerah baru seperti Ternate, Kendari, Makassar, hingga ke seluruh Papua. Rencana ini akan kami realisasikan sejalan dengan performa perseroan yang terus membaik, terlebih lagi kami tertarik untuk memiliki kontrak yang bersifat jangka panjang, tak hanya kepada customer tetapi juga supplier,” jelasnya.
Menurut Johnsen, Sadrieh & Voigt (2021) dalam kajiannya yang berjudul Short-term vs long-term contracting, PIPA dapat lebih memastikan kepastian going-concern apabila semua pemangku kepentingan memiliki sifat jangka panjang yang menjamin adanya kesetaraan pengambilan keuntungan (teori ratcheting aversion).
Oleh karena itu, perseroan berkomitmen untuk memperkuat permodalan dan pertumbuhan jangka panjang. Saat ini, PIPA sedang melakukan finalisasi kemitraan strategis dengan Morris Capital Indonesia.
Menurut Kevin, Morris Capital Indonesia sebagai perusahaan investasi dan penasihat keuangan akan menjadi bagian penting PIPA untuk menciptakan sinergi yang solid dan memperluas jaringan bisnis.
“Kemitraan ini akan menjadi landasan bagi ekspansi jangka panjang kami. Dengan sinergi dari kedua belah pihak, kami yakin dapat menciptakan nilai tambah yang signifikan,” ujarnya.
Sebagai informasi, Morris Capital Indonesia rencananya akan mengakuisisi saham PIPA dari Junaedi, Susyanialief, Hendrik Saputra, dan Nanang Saputra. Susunan pemegang saham PIPA per Juni 2025 ialah Susyanialief 3,65%, Nanang Saputra 7,30%, Junaedi 29,19%, Hendrik Saputra 7,30%, dan masyarakat 52,57%.
Sekretaris Perusahaan Imanuel Kevin Mayola menyampaikan rencana pengambilalihan oleh PT Morris Capital Indonesia masuk dalam tahapan uji tuntas dalam 2 bulan mendatang sejak 19 Mei 2025.
Kinerja PIPA pada semester I/2025 berbalik positif di tengah rencana pergantian pemegang saham. PIPA mencatat laba tahun berjalan sebesar Rp401,25 juta per Juni 2025. Perusahaan berhasil mencatatkan laba setelah sebelumnya membukukan rugi Rp1,40 miliar per Juni 2024.
Raihan laba tak lepas dari peningkatan penjualan neto. PIPA membukukan penjualan neto sebesar Rp11,38 miliar pada semester I/2025, naik dari Rp10,87 miliar pada semester I/2024.