Bisnis.com, JAKARTA — Investor asing diperkirakan kembali ke pasar saham Indonesia pada semester II/2025 ini dengan faktor penarik salah satunya dari pelonggaran moneter.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham mencatatkan net sell asing sebesar Rp73,66 miliar pada Jumat (1/8/2025). Dalam sepekan perdagangan, terpantau net sell asing Rp2,34 triliun.
Adapun, investor nonresiden membukukan total nilai jual bersih sebesar Rp61,98 triliun di sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).
Meskipun net sell asing terbilang jumbo, indeks harga saham gabungan (IHSG) masih dalam tren menguat. IHSG berada di zona hijau, menguat 6,47% ytd ke level 7.537,76 pada perdagangan akhir pekan ini.
Senior Analyst Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai ke depan aliran dana asing sempat tertahan akibat stagnasi saham big caps dan minimnya katalis korporasi pada paruh pertama. Namun, peluang masuknya kembali dana asing menguat pada semester II/2025 seiring membaiknya sentimen global dan pelonggaran moneter.
Menurutnya, sejumlah saham berpotensi menarik masuknya dana asing ke pasar saham Indonesia. Di antara saham yang menarik minat investor asing adalah saham pendatang baru di indeks LQ45 dengan fundamental kuat.
Sukarno juga menilai saham big caps seperti bank jumbo yang secara pergerakan masih lagging dibandingkan saham big caps lainnya juga berpeluang menarik dana asing masuk.
Selain itu, saham yang terkait dengan bisnis energi baru terbarukan (EBT) seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) turut berpeluang menarik kembali minat asing ke pasar saham Indonesia.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai meskipun arus dana asing masih banyak keluar, namun terdapat peluang masuknya dana asing ke depan seiring dengan ragam sentimen positif. Dana asing misalnya berpeluang mengalir seiring dengan penguatan IHSG.
Secara teknikal, menurutnya breakout IHSG ke level tertinggi baru ini mendorong peningkatan minat beli dari investor ritel dan institusi lokal.
Dari sisi global, ekspektasi bahwa The Fed akan mulai melonggarkan kebijakan moneternya pada kuartal IV/2025 telah memperkuat risk appetite investor terhadap aset-aset emerging markets, termasuk Indonesia. Hal ini turut mendorong arus masuk dana asing, terutama ke saham-saham berkapitalisasi besar yang valuasinya mulai dianggap atraktif kembali.
"Kami memproyeksikan arus dana asing masih berpeluang positif di semester II/2025, meskipun tetap akan bersifat selektif dan sensitif terhadap perkembangan global seperti suku bunga dan tensi geopolitik," kata Felix kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.