Bisnis.com, JAKARTA — Aset negara berkembang atau emerging market mengalami kenaikan tipis menjelang pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Adapun, investor asing terpantau mengurangi eksposurnya terhadap aset dolar AS sembari mencermati tanda-tanda kemajuan untuk damai antara Rusia dan Ukraina.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks saham pasar negara berkembang dari MSCI Inc. sempat naik hingga 0,6%, sebelum memangkas sebagian besar kenaikan tersebut pada pagi hari waktu Eropa, Senin (18/8/2025).
Indeks serupa untuk mata uang hampir tidak berubah dibandingkan Jumat (15/8/2025). Misalnya, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik setelah libur pasar lokal pada akhir pekan lalu.
Investor di pasar negara berkembang juga terpantau berhati-hati menjelang simposium tahunan The Fed di Jackson Hole akhir pekan ini. Fokus tertuju ke Ketua Jerome Powell yang mungkin akan memberikan petunjuk mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga Fed pada September nanti.
“Ada lonjakan besar pada aset berisiko yang menyebabkan valuasinya semakin tinggi,” tulis analis Deutsche Bank AG yang dipimpin oleh Jim Reid dalam sebuah catatan, dikutip Bloomberg, Senin (18/8/2025).
Menurut Deutsche Bank, pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve bisa lebih dari 100 basis poin dalam 12 bulan ke depan, meskipun ada ekspektasi kenaikan inflasi.
Adapun, obligasi dolar Ukraina termasuk ke dalam jajaran aset dengan kinerja terbaik di pasar negara berkembang dan pasar perbatasan walau tetap menunjukkan volatilitas.
Tim Investasi UBS Global Wealth Management Mark Haefele terdengar lebih pesimistis melihat lebar jurang posisi dalam negosiasi dan tidak adanya perkembangan menentukan di medan perang Rusia dan Ukraina.
"Kami memperkirakan perang akan berlanjut hingga tahun depan," tulis tim yang dipimpin oleh Kepala Investasi UBS Global Wealth Management, Mark Haefele, dalam sebuah laporan.
Dia menyebut di setiap proses negosiasi kemungkinan akan berlangsung lama mengingat kurangnya rasa saling percaya dan perbedaan tujuan. Tak hanya itu, setiap kesepakatan kemungkinan akan disambut dengan kecurigaan oleh masing-masing pihak.
Sementara itu, pasar keuangan dan nilai tukar di Indonesia hari ini (18/8/2025) belum dibuka karena masih cuti bersama perayaan HUT ke-80 RI. Perdagangan akan kembali dibuka pada Selasa (19/8/2025).
Adapun, kehadiran investor asing makin terasa di Indonesia. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 11-15 Agustus 2025, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp6,67 triliun. Nilai ini jauh dibandingkan net buy pada pekan sebelumnya yang hanya Rp124,22 miliar.
Alhasil, sejak awal tahun ini nilai net sell investor asing di pasar saham Tanah Air kian berkurang menjadi Rp55,17 triliun. Berdasarkan catatan Bisnis, nilai net buy paling jumbo dicatatkan investor asing pada Selasa (12/8/2025) senilai Rp2,20 triliun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.