Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Didorong Tarif Trump, Dolar AS Menguat Sepanjang Pekan Lalu

Dolar AS menguat sepanjang pekan lalu usai Presiden Donald Trump kembali mengguncang pasar global dengan kebijakan tarif terhadap sejumlah mitra dagang.
Karyawan menghitung uang dolar AS di Jakarta, Selasa (1/7/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawan menghitung uang dolar AS di Jakarta, Selasa (1/7/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap mata uang utama dunia sepanjang pekan lalu usai Presiden Donald Trump kembali mengguncang pasar global dengan kebijakan tarif baru terhadap sejumlah mitra dagang lainnya.

Melansir Reuters, Senin (14/7/2025), indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang lainnya menguat 0,97% sepanjang pekan lalu.

Dalam surat yang dirilis Kamis malam, Trump menetapkan tarif 35% atas seluruh impor dari Kanada, yang akan berlaku mulai 1 Agustus.

Langkah serupa juga ditujukan kepada Uni Eropa, yang dijadwalkan menerima pemberitahuan pada Jumat. Presiden AS itu juga mengusulkan tarif umum sebesar 15% hingga 20% untuk negara-negara lain, naik dari tarif dasar 10% yang berlaku sebelumnya.

Analis pasar Pepperstone Michael Brown mengatakan pasar kembali dihantui kegelisahan tarif setelah Trump mengusulkan tarif menyeluruh, sehingga dolar AS kembali menguat.

“Namun, pergerakan di pasar valuta asing sejauh ini masih terkendali,” jelasnya.

Terhadap yen, dolar menguat nyaris 2% ke 147,4 sepanjang pekan lalu, mencatatkan penguatan mingguan tertinggi sejak awal Desember. Terhadap franc Swiss, dolar stabil di 0,79695.

Euro melemah 0,1% ke $1,1688, sementara pound sterling tergelincir 0,54% ke level terendah dua pekan di US$1,35050 setelah data menunjukkan ekonomi Inggris menyusut dua bulan berturut-turut pada Mei.

Kekuatan dolar turut didukung oleh data pasar tenaga kerja yang tetap tangguh dan notulen rapat kebijakan Federal Reserve yang menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Indeks dolar naik 0,28% ke 97,85, menandai kenaikan mingguan setelah dua pekan sebelumnya melemah.

Meski begitu, beberapa analis tetap skeptis terhadap prospek jangka menengah dolar.

“Dasar pandangan saya masih menunjukkan pelemahan USD secara perlahan, tapi ada ruang untuk pemulihan teknikal,” ujar Brown.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper