Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Bisnis-27 dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Senin (14/7/2025). Sejumlah saham di dalam indeks seperti KLBF, CPIN, hingga BMRI turut bergerak melemah pada pembukaan perdagangan.
Berdasarkan data Bursa pada pukul 09.03 WIB, indeks hasil kerja sama Bursa dengan Harian Bisnis Indonesia itu dibuka melemah ke level 498,61 atau terkoreksi 0,69%. Sebanyak 12 saham menguat, 14 melemah, dan hanya 1 saham stagnan.
Pelemahan indeks Bisnis-27 ditekan oleh PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yang terkoreksi 2,82% ke Rp1.550. Saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga turut terkoreksi masing-masing 2,02% ke Rp4.840 dan 1,81% ke Rp4.880.
Tidak hanya itu, pelemahan juga terjadi pada saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) yang terkoreksi 1,74% ke Rp2.260, saham PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) terkoreksi 1,53% ke Rp965, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) melemah 1,20% ke Rp4.130.
Sebaliknya, laju menguat dipimpin oleh PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang terbang 6,11% ke Rp1.910, disusul PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) yang menguat 2,34% ke Rp1.530, dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) yang menguat 1,74% ke Rp875.
Selain itu, saham PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) juga menguat 1,68% ke Rp1.210, saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) menguat 0,67% ke Rp3.010, saham PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) turut menguat 0,63% ke Rp159.
Di sisi lain, dua saham yang stagnan pada pembukaan perdagangan yaitu saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO).
Sebelumnya, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas David Kurniawan menjelaskan saat penguatan IHSG pekan lalu, investor asing melakukan penjualan (outflow) mencapai Rp 1.6 triliun di pasar reguler.
"Meskipun IHSG berada di area psikologis 7.000 yang menandakan optimisme, pelaku pasar tetap harus waspada karena pada fase kenaikan ini investor asing justru melakukan penjualan," kata David, Senin (14/7/2025).
Menurut David, penguatan IHSG selama sepekan terakhir tersengat sentimen global dan domestik. Dari global ada sentimen tarif AS dan suku bunga The Fed.
Terkait dengan tarif, AS berencana menerapkan tarif 32% atas beberapa negara termasuk Indonesia mulai 1 Agustus, meski negosiasi masih berlangsung dan diperpanjang hingga akhir Juli. Potensi penundaan atau kompromi menjadi sentimen positif.
Sementara itu, terkait suku bunga, The Fed masih mempertahankan suku bunga di 4,25%–4,5%, tetapi tekanan inflasi mulai mereda.
Pasar mulai memperkirakan peluang pemotongan suku bunga pertama di kuartal IV/2025 sehingga mendorong risk appetite naik di emerging market.
Adapun, sentimen dari domestik adalah suku bunga BI, saat Rupiah sempat menguat ke Rp16.224 per dolar AS, didukung oleh aliran modal asing, BI menahan suku bunga di 5,50%. Bank Indonesia konsisten menjaga stabilitas moneter dan nilai tukar di tengah tekanan eksternal.
Untuk pekan ini, David mengimbau para trader untuk mencermati dua sentimen kunci yakni spekulasi pemangkasan suku bunga global dan rilis kinerja emiten kuartal II/2025.
Terkait spekulasi pemangkasan suku bunga global, David menegaskan dengan inflasi yang melandai, bank sentral utama mulai membuka opsi pemangkasan suku bunga dan mendukung aset risiko.
Selanjutnya rilis kinerja emiten kuartal II/2025, terangnya, minggu ini akan dimulai fase pengumuman earnings untuk beberapa sektor, yakni perbankan dan konsumer utama.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.