Bisnis.com, JAKARTA — Volatilitas harga komoditas seiring dengan ragam sentimen global yang memengaruhinya saat ini diproyeksikan memberikan sengatan terhadap transaksi derivatif. Pasar derivatif Tanah Air juga diproyeksikan kian ramai seiring dengan peralihan pengawasan.
Direktur Utama Indonesia Clearing House (ICH) Megain Widjaja mengatakan kondisi geopolitik saat ini membuat harga komoditas bergejolak, seperti konflik Iran dan Israel yang membuat harga minyak dunia volatil. Seiring dengan volatilitas harga komoditas itu, pasar derivatif di Tanah Air akan tersengat.
"Fundamental principle daripada pasar derivatif itu adalah volatilitas. Jadi, volatilitas itu mendorong trading," kata Megain dalam acara Media Lecture & Press Conference pada Rabu (9/7/2025).
Pasar derivatif merupakan tempat jual beli kontrak derivatif. Transaksinya didasari oleh suatu kontrak atau perjanjian pembayaran dengan nilai merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasari, sepeti suku bunga, nilai tukar, komoditas, ekuiti dan indeks, baik yang diikuti dengan pergerakan atau tanpa pergerakan dana atau instrumen.
Adapun, ketika terjadi volatilitas harga komoditas, maka jumlah transaksi di pasar derivatif akan lebih tinggi dari rata-rata transaksi harian. Menurut Megain, pendanaan di pasar derivatif itu bergerak dalam dua sisi atau two way market. Investor bisa long atau beli dan bisa short atau jual.
"Ketika ada kesempatan untuk beli pada suatu waktu tertentu, fungsi itu akan jauh lebih tinggi ketika volatilitas. Jadi ketika volatilitas lebih tinggi, lebih bergejolak, artinya kesempatan untuk mendapat imbal hasil itu lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi biasa," tutur Megain.
Di sisi lain, saat gerak harga di pasar spot seperti misalnya emas sideways, pasar derivatif akan menjadi lebih sepi. Sementara ketika pasar spot sedang dalam posisi volatil, pasar derivatif menjadi lindung nilai atau hedging investor terhadap portofolionya.
Dengan berbagai potensi yang besar itu, Megain menyebut pasar derivatif di Tanah Air mesti diperdalam. Hal ini agar instrumen lindung nilai untuk para investor di Indonesia semakin banyak dan pasar derivatif pun menjadi lebih likuid.
Di perdagangan berjangka komoditas, mengacu data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), terdapat peningkatan sebesar 3,64% pada total volume transaksi per Mei 2025 dibandingkan periode yang sama 2024.
Pada periode Januari 2024 sampai Mei 2024, tercatat volume transaksi sebesar 5,75 juta lot dan periode Januari 2025 sampai Mei 2025 sebanyak 5,96 juta lot.
Direktur Utama Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Fajar Wibhiyadi juga mengatakan terdapat peluang pendalaman pasar derivatif di Indonesia seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK) yang disahkan pada 12 Januari 2023.
Dengan adanya UU PPSK, terdapat peralihan pengawasan di pasar derivatif yang tadinya merupakan kewenangan Bappebti. Pasar derivatif keuangan efek kemudian akan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta derivatif pasar uang dan valuta asing diawasi oleh Bank Indonesia (BI).
ICDX sendiri mendapatkan amanah dari OJK dan BI dan mendapatkan izin menjadi self regulatory organization (SRO) untuk penyelenggaraan derivatif keuangan efek serta derivatif pasar uang dan valuta asing.
"Harapan kami produk yang ada saling bersinergi," kata Fajar.
Kepala Direktorat Pengawasan Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Darwin juga menjelaskan peralihan pengawasan derivatif keuangan efek ke OJK akan membuka jalan bagi penyelarasan regulasi dan penguatan infrastruktur pasar. Hal ini juga mendukung integrasi antara pasar modal dan derivatif untuk meningkatkan efisiensi serta pengawasan.
Adapun, menurutnya pasar derivatif juga membuka peluang diversifikasi portofolio bagi investor, baik institusi maupun ritel. Namun, pasar derivatif bukan tanpa tantangan seperti risiko pasar dan likuiditas, aliran modal asing, kepentingan negara, dan perlindungan investor yang terbatas. Belum lagi, ada kompleksivitas pajak dan kepatuhan.
"[Juga ada] tantangan kurangnya pemahaman pasar derivatif dari investor terutama ritel. Kami perkirakan kemudian literasi harus didorong," ujar Darwin.
Kepala Bappebti Tirta Karma Senjaya mengatakan pendalaman pasar juga akan terus dilakukan di pasar derivatif komoditas. Misalnya, ada pengembangan pasar derivatif komoditas untuk produk nikel dan perak. Kemudian, Bappebti juga mengembangkan produk derivatif komoditi untuk Renewable Energy Certificate (REC).
"REC ini juga mungkin kami berharap banyak bisa jadi transaksi dan segera meluncur serta banyak peminat. Kontribusi juga terhadap ekonomi hijau," ujar Tirta.