Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan BEI Pilih ANTM, AMRT, BMRI, BRPT & INDF jadi Underlying Saham Derivatif

BEI mengungkap alasan saham ANTM, AMRT, BMRI, BRPT dan INDF dipilih menjadi underlying kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF).
Warga melintas di dekat logo Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Minggu (1/6/2025). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Warga melintas di dekat logo Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Minggu (1/6/2025). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bursa Efek Indonesia (BEI) diketahui telah menambah 5 saham sebagai underlying kontrak berjangka saham atau Single Stock Futures (SSF) untuk memperluas pilihan investasi di pasar derivatif. 

Saham-saham tersebut adalah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF).

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menjelaskan bahwa penambahan lima saham tersebut bertujuan untuk meningkatkan likuiditas dan memperbanyak pilihan underlying bagi investor derivatif. 

“Saham ini dipilih dari konstituen LQ45 yang memiliki volatilitas cukup baik di pasar, sehingga bila dijadikan sebagai underlying SSF akan memberikan potensi keuntungan bagi investor derivatif,” ujarnya di Jakarta, Senin (14/7/2025).

Kelima saham tambahan itu juga diharapkan menjawab kebutuhan investor dalam melakukan lindung nilai (hedging) dan optimalisasi keuntungan portofolio melalui pemanfaatan fitur leverage dan fleksibilitas transaksi.

Oleh karena itu, Jeffrey menilai bahwa penambahan tersebut menjadi langkah strategis untuk meningkatkan likuiditas dan kedalaman pasar modal. 

“Kami berharap investor memiliki lebih banyak alternatif instrumen investasi untuk menyesuaikan strategi investasinya,” pungkasnya. 

Sejak diluncurkan, SSF terus mencatatkan tren pertumbuhan. Hingga Juni 2025, volume transaksi mencapai 2.175 kontrak dengan nilai Rp1,02 miliar. Jumlah investor derivatif juga meningkat 142% dari tahun sebelumnya menjadi 359 investor, dan jumlah kontrak SSF tumbuh 19% dibandingkan total 2024. 

Menurut Jeffrey, meningkatnya minat investor terhadap produk derivatif diharapkan mendorong Anggota Bursa lain menjadi bagian dari bursa derivatif. 

“Dengan meningkatnya minat investor terhadap derivatif, kami berharap Anggota Bursa lainnya juga terdorong menjadi bagian dari bursa derivatif. Dengan begitu, pasar derivatif ke depan bisa berkembang lebih besar,” ucapnya.

Dengan demikian, total ada 10 saham yang menjadi underlying SSF. Selain nama-nama baru, terdapat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Astra International Tbk. (ASII), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA).

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper