Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan indeks LQ45 pekan lalu menjadi sinyal investor mulai masuk ke saham-saham blue chip yang terdiskon. Adapun, indeks LQ45 sempat terpuruk imbas larinya arus modal investor asing.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 23 Juni—26 Juni 2025, indeks dengan konstituen 45 saham terlikuid ini melaju 0,74%. Indeks tersebut berada di urutan kedua di antara sejumlah indeks yang turut menguat di tengah pelemahan IHSG pekan lalu.
Meskipun begitu, sepanjang tahun berjalan 2025, indeks LQ45 masih mencatatkan pelemahan sebesar 6,78%. Memasuki perdagangan perdana pada 1 Juli 2025, kinerja indeks ini mencatatkan pelemahan 0,27%.
Equity Research Analyst OCBC Sekuritas Liga Maradona melihat indeks LQ45 masih memiliki prospek yang cukup baik sepanjang semester II/2025 dengan dukungan stimulus ekonomi pemerintah serta meredanya perang di Timur Tengah.
Selain itu, pada semester II/2025 ini pemerintah juga diekspektasikan untuk mengakselerasi pengerjaan proyek-proyek dalam negeri. Hal ini dinilai bakal memberikan katalis positif bagi kinerja indeks ke depannya.
“Tentu dengan meredanya perang maka harga energi akan berada pada level yang stabil dan tentunya menguntungkan bagi negara-negara importir minyak, serta harga bahan baku cukup terjaga. Maka dari itu keuntungan margin perusahaan akan cukup stabil,” katanya saat dihubungi, Rabu (2/7/2025).
Baca Juga
Menurut Liga, juga ada dua hal utama yang menjadi penentu nasib indeks LQ45 di sisa semester 2025, yaitu realisasi belanja pemerintah pada semester II/2025 dan keputusan tarif AS ke Indonesia.
OCBC Sekuritas saat ini menyukai saham bank hingga konsumer dengan rekomendasi saham PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), hingga PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Sementara itu, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menerangkan rebound indeks LQ45 belakangan disebabkan oleh mulai stabilnya sentimen global, seperti ketegangan geopolitik hingga tarif AS yang baru akan diumumkan pada 9 Juli mendatang.
Ekky menilai valuasi emiten-emiten di dalam indeks LQ45 telah cukup murah sejak mengalami pelemahan sepanjang tahun. Kini, para investor dinilai tengah kembali melakukan aksi beli ke saham papan atas.
“Penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir, serta kabar positif dari sektor hilirisasi dan energi terbarukan (EBT) yang baru diresmikan juga turut mendorong sentimen di sektor-sektor terkait, tercermin dari performa saham-saham sektor tersebut yang mulai menguat,” kata Ekky saat dihubungi, Selasa (1/7/2025).
Namun, Ekky menilai belum ada konfirmasi kuat bahwa penguatan indeks LQ45 akan memiliki nafas yang panjang. Hal itu juga tercermin dari mayoritas saham-saham blue chip yang belum menunjukkan breakout kinerja yang signifikan.
Infovesta Kapital Advisor merekomendasikan wait and see untuk saham-saham perbankan, sembari memantau arah kebijakan suku bunga dan inflasi. Menurut Ekky, jika terjadi penurunan BI Rate, maka sektor konsumsi dan perbankan akan berpotensi menjadi pendorong utama pemulihan indeks di semester mendatang.
Ekky merekomendasikan saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO), PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI), PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA), dan PT Timah Tbk. (TINS) untuk dicermati.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.