Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks LQ45 Tancap Gas Jelang Tenggat Tarif Trump, Cek Saham Pilihan Analis

Indeks LQ45 bergeliat dalam beberapa sesi perdagangan terakhir, jelang tenggat tarif dagang AS pekan depan. Intip rekomendasi saham pilihan analis.
Pengunjung beraktivitas di main hall Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Jumat (10/1/2025)./JIBI/Bisnis/Abdurachman
Pengunjung beraktivitas di main hall Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Jumat (10/1/2025)./JIBI/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks yang berisi saham paling likuid atau LQ45 bergeliat dalam beberapa sesi perdagangan terakhir, jelang tenggat tarif dagang AS pekan depan. Adapun, rebound indeks LQ45 juga terdorong meredanya konflik antara Iran dan Israel di Timur Tengah.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 23 Juni—26 Juni 2025, indeks LQ45 melaju 0,74%. Indeks tersebut berada di urutan kedua di antara sejumlah indeks yang turut menguat di tengah pelemahan IHSG pekan lalu.

Meskipun begitu, sepanjang tahun berjalan 2025, indeks LQ45 masih mencatatkan pelemahan sebesar 6,78%. Memasuki perdagangan perdana pada 1 Juli 2025, kinerja indeks ini mencatatkan pelemahan 0,27%.

Posisi indeks LQ45 sebenarnya sudah membaik setelah sempat mengalami koreksi terdalam sepanjang 2025 ke level 667,77 pada April lalu, kini kinerja indeks mulai memperlihatkan peningkatan. Teranyar, indeks ditutup di level 770,58.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menerangkan rebound indeks LQ45 belakangan disebabkan oleh mulai stabilnya sentimen global, seperti ketegangan geopolitik hingga tarif AS yang baru akan diumumkan pada 9 Juli mendatang.

Selain itu, Ekky menilai bahwa valuasi emiten-emiten di dalam indeks LQ45 telah cukup murah sejak mengalami pelemahan sepanjang tahun. Kini, para investor dinilai tengah kembali melakukan aksi beli ke saham papan atas.

“Penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir, serta kabar positif dari sektor hilirisasi dan energi terbarukan (EBT) yang baru diresmikan juga turut mendorong sentimen di sektor-sektor terkait, tercermin dari performa saham-saham sektor tersebut yang mulai menguat,” kata Ekky saat dihubungi, Selasa (1/7/2025).

Equity Research Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer menambahkan penguatan indeks LQ45 terutama disebabkan oleh meredanya tensi geopolitik global terutama di Timur Tengah. Penguatan yang berbarengan dengan pelemahan indeks saham SMC Liquid–indeks saham yang memiliki kapitalisasi pasar lebih kecil–menandakan kembalinya investor ke saham-saham big caps.

Selain itu, ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter dari The Fed dan Bank Indonesia juga menjadi katalis lainnya penguatan indeks, yang memberikan ruang pemulihan pada saham-saham perbankan.

“Kombinasi ini  kami kira bisa memberi ruang pemulihan pada saham-saham perbankan besar dan emiten berbasis komoditas yang mendominasi LQ45. Selain itu, adanya stimulus dan mulai bergeraknya belanja pemerintah juga turut menopang optimisme,” katanya.

Secara jangka panjang, indeks LQ45 disebut masih dibayang-bayangi sejumlah sentimen. Baik Kiwoom Sekuritas maupun Infovesta Kapital Advisori memproyeksikan, penguatan LQ45 akan terbatas secara jangka pendek hingga menengah.

Ekky menilai, belum ada konfirmasi kuat bahwa penguatan indeks LQ45 akan memiliki nafas yang panjang. Hal itu juga tercermin dari mayoritas saham-saham blue chip yang belum menunjukkan adanya breakout kinerja yang signifikan.

“Jika ketegangan geopolitik kembali meningkat atau muncul kembali sentimen negatif seperti perang dagang atau tekanan fiskal, maka potensi koreksi tetap terbuka,” kata Ekky.

Di sisi lain, Miftahul memiliki penilaian serupa. Kinerja indeks LQ45 masih dihantui dampak dari tensi geopolitik, ketidakpastian arah suku bunga global, serta aliran dana asing yang keluar dari LQ45. Akan tetapi, dia menilai, selama ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik masih terjaga dan sentimen global tidak memburuk, maka ada potensi penguatan LQ45.

"Kami cukup optimistis bahwa saham-saham dalam LQ45 masih punya ruang untuk menguat lebih lanjut di paruh kedua 2025," lanjutnya.

Kiwoom Sekuritas merekomendasikan saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) yang berpotensi terdorong dengan permintaan emas dan ekonomi syariah. 

Pada saham ANTM, Miftahul merekomendasikan buy dengan target harga Rp3.120. Sedangkan saham BRIS direkomendasikan buy dengan target harga Rp2.700.

Selanjutnya, Infovesta Kapital Advisor merekomendasikan wait and see untuk saham-saham perbankan, sembari memantau arah kebijakan suku bunga dan inflasi. Menurut Ekky, jika terjadi penurunan BI Rate, maka sektor konsumsi dan perbankan akan berpotensi menjadi pendorong utama pemulihan indeks di semester mendatang.

Selain itu, Ekky merekomendasikan saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO), PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI), PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA), dan PT Timah Tbk. (TINS).

"...dan beberapa saham terkait hilirisasi dan energi terbarukan lainnya karena sinyal teknikal pemulihannya terlihat cukup kuat," katanya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper