Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks LQ45 Menanjak Terangkat Investor Berburu Blue Chip

Indeks LQ45 menanjak di sepanjang pekan lalu ketika IHSG bergerak lunglai. Analis melihat investor mulai ramai masuk ke saham-saham blue chip.
Karyawan melihat grafik perdagangan saham di Jakarta, Selasa (1/7/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawan melihat grafik perdagangan saham di Jakarta, Selasa (1/7/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks saham paling likuid atau LQ45 menanjak di sepanjang pekan lalu ketika IHSG bergerak lunglai. Analis melihat investor mulai ramai masuk ke saham-saham blue chip yang menopang penguatan indeks LQ45.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 23 Juni—26 Juni 2025, indeks LQ45 melaju 0,74%. Indeks tersebut berada di urutan kedua di antara sejumlah indeks yang turut menguat di tengah pelemahan IHSG pekan lalu.

Pada saat bersamaan, indeks SMC Liquid yang berisi saham-saham berkapitalisasi kecil dan menengah anjlok 3,04%. Padahal, indeks ini sempat berkinerja moncer beberapa pekan lalu, seperti periode 2 Juni—5 Juni 2025, indeks SMC Liquid terapresiasi 0,34% di saat LQ45 melemah 1,60%. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menilai penguatan indeks LQ45 di tengah pelemahan indeks SMC Liquid dan sejumlah indeks lainnya, menjadi sinyal awal kembali terjadinya rotasi sektor dari saham papan menengah ke papan atas.

”Investor tampaknya mulai memindahkan dana ke saham papan atas yang sebelumnya telah mengalami koreksi cukup dalam, terutama pascatekanan dari isu geopolitik,” katanya saat dihubungi, Selasa (1/7/2025). 

Sejumlah katalis yang membuat kinerja indeks LQ45 berkinerja baik pada perdagangan pekan lalu antara lain mulai stabilnya sentimen global terkait perang Israel—Iran. Pasalnya, pada perdagangan pekan lalu, Iran dan Israel sepakat untuk melakukan gencatan senjata.

Selain itu, melansir Bloomberg, kinerja indeks LQ45 pada awal perdagangan pekan lalu mencatatkan koreksi 10,02% di sepanjang tahun berjalan 2025. Ekky menilai, para investor akan memanfaatkan momen tersebut, saat emiten-emiten dalam indeks LQ45 sudah cukup terdiskon. 

”Sentimen positif lainnya juga muncul dari ekspektasi penurunan suku bunga dan dorongan kebijakan fiskal yang berpotensi kembali aktif, penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir, serta kabar positif dari sektor hilirisasi dan energi terbarukan (EBT) yang baru diresmikan,” katanya. 

PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) misalnya, melesat 9,50% pada akhir Juni 2025 dari Rp1.095 per lembar pada 23 Juni 2025 menjadi Rp1.199 per lembar pada perdagangan 30 Juni 2025. Begitu juga dengan saham PT Astra International Tbk. (ASII) yang menguat 1,58% ke Rp4.500 sejak 23 Juni 2025. 

Senada, Research Analyst Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer menilai bahwa penguatan indeks LQ45 dapat menandakan kembalinya investor ke saham-saham dengan kapitalisasi besar. Terlebih lagi, Miftahul menilai, memasuki semester II/2025, para investor akan cenderung mencari saham yang lebih defensif. 

”Ini bisa jadi sinyal bahwa pelaku pasar, terutama investor institusi dan asing, kembali mencari emiten emiten yang lebih likuid dan defensif, terutama jelang semester kedua yang biasanya diwarnai volatilitas eksternal,” katanya saat dihubungi, Selasa (1/7/2025).

Menurut Miftahul, sejumlah katalis yang menggerakkan kinerja LQ45 antara lain meredanya tnensi geopolitik global hingga ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter dari The Fed maupun Bank Indonesia. Hal ini dinilai bakal memberikan ruang pemulihan bagi saham-saham perbankan dan emiten berbasis komoditas.

Selain itu, stimulus ekonomi dan belanja pemerintah juga dinilai turut menopang optimisme pasar yang berdampak positif terhadap kinerja LQ45. 

Miftahul memberikan rekomendasi terhadap saham-saham yang berpotensi bertumbuh pada 2025, antara lain PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) hingga PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS). Bagi saham ANTM, Miftahul merekomendasikan buy dengan target harga Rp3.120 per lembar. Begitu juga dengan saham BRIS dengan target Harga Rp2.700. 

Sementara itu, Ekky Topan memberikan rekomendasi terhadap saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO), PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI), PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA), hingga PT Timah Tbk. (TINS). 

”...dan beberapa saham terkait hilirisasi dan energi terbarukan lainnya, karena sinyal teknikal pemulihannya terlihat cukup kuat,” katanya.

Sementara itu, bagi saham perbankan, Ekky memilih wait and see sembari memantau arah kebijakan suku bunga dan inflasi. Jika BI Rate diturunkan, maka sektor konsumsi dan perbankan dinilai berpotensi menjadi pendorong utama pemulihan di semester mendatang.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper