Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah ke level di bawah 7.000 pada perdagangan pada hari ini, Kamis (19/6/2025). Sejumlah saham seperti saham bank jumbo jeblok.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan pelemahan sebesar 1,96% ke level 6.968,64. IHSG dibuka di level 7.107,79 pada perdagangan hari ini.
IHSG berada di level terendah 6.935,01 dan mencatatkan level tertinggi sepanjang perdagangan hari ini di level 7.115,9.
IHSG ditutup dengan nilai transaksi yang diperdagangkan mencapai Rp13,95 triliun, volume transaksi 24,25 miliar lembar, dan frekuensi transaksi 1,44 juta kali. Adapun, market cap pasar modal Indonesia mencapai Rp12.194 triliun.
Pada perdagangan hari ini, sebanyak 594 saham melemah, 97 saham menguat, dan 269 saham tak beranjak atau stagnan.
Deretan saham dengan nilai transaksi tinggi mencatatkan pelemahan harga pada perdagangan hari ini. Saham bank jumbo misalnya kompak jeblok.
Baca Juga
Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) turun 3,55%, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 1,4%, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) turun 2,07%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) turun 3,95%.
Selain bank jumbo, saham dengan transaksi tinggi lainnya melemah. Harga saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) turun 6,2% dan PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) turun 4,52%. Lalu, saham PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) melorot 2,89%.
Pada perdagangan hari ini, terdapat sejumlah saham yang mencatatkan kinerja paling jeblok atau top losers. Harga saham PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk. (OBAT) jeblok 15%, PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) turun 14,97%, dan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. (MBBS) turun 14,89%.
Terdapat pula deretan saham yang paling kinclong atau top gainers. Harga saham PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk. (CSIS) melonjak 35%, PT Green Power Group Tbk. (LABA) naik 23,93%, dan PT Nusantara Almazia Tbk. (NZIA) naik 21,95%.
Analis dan VP, Head of Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menjelaskan pelemahan IHSG pada hari ini terjadi seiring dengan beberapa sentimen. Sentimen pertama adalah karena eskalasi Iran vs Israel yang diperkirakan berlangsung panjang, setelah G7 memberikan pernyataan tekanan kepada Iran.
“Sehingga kekhawatiran pasar meningkat dan mendorong perpindahan aset,” kata Audi, Kamis (19/6/2025).
Penyebab lainnya menurut Audi adalah karena melambatnya potensi pemangkasan suku bunga, seiring dengan kekhawatiran dampak terhadap inflasi. Audi menyebut, berdasarkan data CME FedWatch peluang pemangkasan suku bunga The Fed (Fed Fund Rate/FFR) saat ini hanya sebesar 25bps hingga Desember 2025.
Hal ini menurutnya berpotensi menekan daya beli dan permintaan kredit, sehingga berdampak pada perlambatan ekonomi.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.