Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup jeblok ke level 7.065,07 pada perdagangan awal bulan ini, Senin (2/6/2025). Sejumlah saham bank jumbo seperti BBRI hingga BBCA kompak ambrol.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan pelemahan sebesar 1,54% atau 110,75 poin ke level 7.065,07. IHSG dibuka di level 7.134,49 pada perdagangan hari ini.
IHSG berada di level terendah 7.035,84 dan mencatatkan level tertinggi sepanjang perdagangan hari ini di level 7.152,91.
IHSG ditutup dengan nilai transaksi yang diperdagangkan mencapai Rp22,21 triliun, volume transaksi 25,91 miliar lembar, dan frekuensi transaksi 1,43 juta kali. Adapun, market cap pasar modal Indonesia mencapai Rp12.252 triliun.
Pada perdagangan hari ini, sebanyak 468 saham melemah, 209 saham menguat, dan 283 saham tak beranjak atau stagnan.
Deretan saham dengan nilai transaksi tinggi mencatatkan pelemahan harga pada perdagangan hari ini. Saham bank jumbo seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya jeblok 3,19%. Harga saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) pun turun 4,25%.
Baca Juga
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) melemah 5,62% dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) melemah 2,67%.
Selain itu, saham dengan nilai transaksi tinggi lainnya seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) melemah 3,12% dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) melemah 3,18%.
Community dan Equity Analyst Lead PT IndoPremier Sekuritas, Angga Septianus mengatakan pergerakan bursa saham di Asia termasuk Indonesia memang sedang jatuh bersamaan dengan aksi saling tuduh antara AS-China dalam pelanggaran kesepakatan gencatan tarif.
"Kekhawatiran perselisihan terkait kesepakatan tarif yang kembali meningkat antara AS dan China menjadi penekan indeks," kata Angga kepada Bisnis pada Senin (2/6/2025).
Selain itu PMI Manufaktur Indonesia yang dirilis S&P Global tercatat di level 47,4 pada Mei 2025. Level tersebut naik dari PMI Manufaktur Indonesia di April 2025 yang sebesar 46,7 namun masih dalam fase terkontraksi.
Terjadi pula deflasi pada Mei 2025 seiring normalisasi harga bahan makanan atau minuman pasca dua bulan naik menyusul momentum bulan puasa dan lebaran.
______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.