Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah BUMN seperti PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) hingga PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) akan menggelar rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) untuk memutuskan tebaran dividen pada bulan ini.
Sementara, sebagian BUMN seperti himpunan bank milik negara (Himbara) hingga PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) telah memutuskan tebaran dividen dengan nilai dan rasio yang meningkat kepada pemegang sahamnya. Akankah PTBA hingga ANTM mengikuti jejak tebaran dividen royal emiten pelat merah?
Berdasarkan keterbukaan informasi, PTBA, ANTM, dan PT Timah Tbk. (TINS) akan menggelar RUPST pada hari yang sama, yakni 12 Juni 2025. Ketiga emiten milik negara itu sama-sama mengagendakan persetujuan penggunaan laba untuk tahun buku 2024.
PTBA sendiri memang dikenal sebagai emiten yang royal membagikan dividen. Pada RUPST tahun lalu, PTBA memutuskan memanfaatkan labanya Rp6,1 triliun sebagai dividen.
Nilai dividen PTBA untuk tahun buku 2023 sebesar Rp4,57 triliun atau Rp397,712 per saham. Jumlah itu setara dengan 75% dari laba bersih PTBA.
PTBA juga tidak pernah absen dalam membagikan dividen. Secara historis, PTBA acapkali membagikan dividen jumbo dengan yield tinggi setiap tahunnya. Bahkan, pada tahun buku 2022, PTBA membagikan dividen hingga 100% dari laba bersih perusahaan.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Mirae Asset Sekuritas, PTBA menjadi salah satu emiten dengan nilai dividen yield tertinggi. Pada tahun buku 2023, dividen yield PTBA mencapai 15,2%.
Untuk tahun buku 2024, PTBA pun ancang-ancang tebaran dividen atas laba yang diperolehnya. Laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih PTBA pada 2024 mencapai Rp5,1 triliun, turun 16,39% secara tahunan (year on year/yoy).
Adapun, ANTM pun memiliki historis tebaran dividen jumbo. Pada RUPST tahun lalu, ANTM bahkan memutuskan memanfaatkan 100% laba bersih tahun buku 2023 sebesar Rp3,07 triliun atau sebesar Rp128 per saham sebagai dividen.
Pada tahun buku 2024, ANTM telah mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp3,64 triliun pada 2024, naik 18,5% yoy dibandingkan dengan laba bersih 2023 sebesar Rp3,07 triliun.
Sementara, TINS memang pada RUPST tahun lalu memutuskan untuk tidak menebar dividen kepada pemegang saham dikarenakan mencatatkan kinerja rugi. Meskipun, pada tahun sebelumnya, TINS menebar dividen untuk tahun buku 2022 sebesar Rp312,44 miliar atau 30% dari total laba bersih. Investor mendapatkan dividen Rp41,89 per saham.
Adapun, pada tahun buku 2024, TINS berhasil kembali membukukan laba bersih sebesar Rp1,19 triliun. TINS pun berpeluang kembali menebar dividennya kepada pemegang saham setelah tahun sebelumnya absen.
Catatan Dividen Jumbo BUMN
Sebelum RUPST PTBA, ANTM, dan TINS yang akan menentukan tebaran dividen, sejumlah emiten pelat merah lainnya telah memutuskan tebaran dividen yang royal dengan kenaikan nilai serta rasio dividen untuk tahun buku 2024.
Deretan emiten bank BUMN atau himpunan bank milik negara (Himbara) misalnya telah terlebih dahulu menebar dividen jumbo kepada pemegang saham. PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) memutuskan untuk menebar dividen tahun buku 2024 sebesar Rp43,5 triliun atau Rp466,18 per saham. Rasio tebaran dividen atau dividend payout ratio dari BMRI mencapai 78%.
Baik nilai dan dividend payout ratio pada tahun buku 2024 itu naik dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2023, BMRI memutuskan menebar dividen Rp353,96 per saham atau Rp33,03 triliun. Dividend payout ratio BMRI pada tahun buku 2023 mencapai 60%.
Begitu juga dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI). Dalam RUPST, BBRI memutuskan tebaran dividen tahun buku 2024 sebesar Rp51,74 triliun atau Rp343,40 per saham dengan rasio 85,32%.
Sementara, pada tahun sebelumnya tebaran dividen BBRI mencapai Rp48,1 triliun atau Rp319 per saham dengan rasio 80%.
PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) memutuskan tebaran dividen Rp13,95 triliun atau Rp374,05 per saham dengan rasio 65% untuk tahun buku 2024. Pada tahun sebelumnya, BBNI memutuskan tebaran dividen Rp10,45 triliun atau Rp280,5 per saham dengan rasio 50%.
Beberapa emiten pelat merah di sektor lainnya pun menebar dividen dengan royal kepada pemegang sahamnya. TLKM misalnya memutuskan tebaran dividen sebesar Rp21,04 triliun atau Rp212,4 per saham dengan rasio 89%.
Dividen yang akan dibagikan TLKM kepada pemegang saham tahun ini meningkat dibandingkan tahun lalu, di mana TLKM memutuskan tebaran dividen tahun buku 2023 sebesar Rp17,68 triliun atau Rp178,5 per saham dengan rasio 72%.
PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR) pun memutuskan tebaran dividen tahun buku 2024 sebesar Rp648,75 miliar atau Rp96,21 per saham dengan rasio tinggi 90,13%.
Tebaran dividen dan rasio SMGR itu meningkat pesat dibandingkan tahun sebelumnya, dengan SMGR menebar dividen Rp572 miliar atau Rp84,70 per saham, dengan rasio 26,36%.
PT Jasa Marga Tbk. (JSMR) memutuskan tebaran dividen sebesar Rp1,13 triliun atau Rp156,23 per saham, dengan rasio 25% untuk tahun buku 2024. Tahun sebelumnya, JSMR menebar dividen sebesar Rp274,8 miliar atau Rp37,86 per saham dengan rasio hanya 4% dari laba tahun buku 2023.
Terbaru, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) memutuskan tebaran dividen US$271,54 juta atau 80% dari labanya mengacu keputusan RUPST hari ini, Rabu (28/5/2025). Tebaran dividen itu naik dari tahun sebelumnya, di mana PGAS menebar dividen US$222,43 juta atau 80% dari laba tahun buku 2023.
Kinerja Saham
Jelang momen RUPST bulan ini, ANTM, PTBA, hingga TINS mencatatkan kinerja moncer sahamnya. PTBA mencatatkan kenaikan harga saham 5,09% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) ke level Rp2.890 per lembar pada perdagangan terakhirnya, Rabu (28/5/2025).
Lalu, harga saham TINS naik 10,75% ytd ke level Rp1.185 per lembar. Bahkan, harga saham ANTM telah bergeliat melonjak 103,93% ke level Rp3.110 per lembar.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai tebaran dividen jumbo bisa menjadi sentimen positif yang cukup kuat di pasar. Harga saham deretan emiten BUMN yang telah memutuskan tebaran dividennya pun terdongkrak.
"Pembagian dividen yang signifikan mencerminkan kinerja keuangan yang solid dan arus kas yang sehat," kata Felix kepada Bisnis.com pada beberapa waktu lalu.
Namun, menurutnya investor tetap perlu mencermati tantangan yang ada dan melakukan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga mengatakan saham-saham BUMN memang terdorong oleh tebaran dividen jumbo. Selain itu, masing-masing sektor emiten BUMN mendapatkan dorongan sejumlah sentimen.
"Namun, tantangannya ke depan investor masih akan mencermati kinerja keuangan," kata Nafan.
Selain itu, investor akan mencermati penerapan tata kelola atau good corporate governance dari masing-masing emiten pelat merah.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.