Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Menguat, Pasar Tunggu Kepastian Produksi OPEC+

Harga minyak mentah menguat lebih dari 1% pada perdagangan Rabu (28/5/2025), didorong kekhawatiran pasokan usai OPEC+ mempertahankan kebijakan produksi.
Logo Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dalam drum minyak yang dipamerkan di KTT COP29, Baku, Azerbaijan pada Rabu (13/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov
Logo Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dalam drum minyak yang dipamerkan di KTT COP29, Baku, Azerbaijan pada Rabu (13/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat lebih dari 1% pada perdagangan Rabu (28/5/2025), didorong kekhawatiran pasokan usai OPEC+ mempertahankan kebijakan produksi dan larangan ekspor minyak Venezuela oleh pemerintah AS terhadap Chevron.

Padahal, sebelumnya investor sempat memperkirakan bahwa kelompok produsen tersebut akan menyepakati peningkatan produksi dalam waktu dekat.

Melansir Reuters, Kamis (29/5/2025), harga minyak mentah jenis Brent ditutup menguat 81 sen atau 1,26% menjadi US$64,90 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 95 sen atau 1,56% ke US$61,84 per barel.

Dalam pertemuan terbarunya, OPEC+ sepakat untuk tidak mengubah kebijakan produksi dan fokus pada penetapan mekanisme patokan produksi untuk tahun 2027.

Direktur pasar energi berjangka Mizuho Bob Yawger mengatakan sebagian besar negara produsen minyak dalam pertemuan OPEC+ tersebut tidak memiliki ruang yang cukup untuk menyesuaikan output mereka.

”Mereka bergarap memeprlambat laju kenaikan produksi dan menghentikan tekanan terhadap harga, namun hasilnya belum seperti yang diharapkan,” ujar Yawger.

Delapan negara anggota OPEC+ dijadwalkan kembali bertemu Sabtu nanti untuk memutuskan potensi kenaikan produksi mulai Juli. Namun analis Goldman Sachs memperkirakan produksi akan tetap stabil usai kenaikan tersebut.

”Risiko terhadap proyeksi pasokan OPEC8+ cenderung meningkat, terutama jika kepatuhan terhadap kuota tidak membaik atau permintaan global melonjak lebih tinggi dari perkiraan,” jelas mereka.

Permintaan bahan bakar diprediksi meningkat pada musim panas, sementara produksi di luar OPEC+ cenderung datar pada paruh pertama tahun ini. Risiko tambahan datang dari potensi gangguan pasokan akibat kebakaran hutan di Kanada.

Sementara itu, Chevron menghentikan kontrak produksi dan layanan migasnya di Venezuela, meski masih mempertahankan staf langsung di negara tersebut. Langkah ini mengikuti larangan terbaru dari AS atas ekspor minyak mentah Venezuela oleh perusahaan itu.

Kekhawatiran pasokan semakin meningkat setelah kebijakan tersebut diumumkan, mendorong harga naik dalam dua sesi terakhir.

Di sisi lain, harga minyak juga bisa terdorong lebih tinggi bila ada kemajuan dalam perundingan perdagangan global atau membaiknya hubungan AS-Iran. Kepala badan nuklir Iran, Mohammad Eslami, menyatakan pihaknya mungkin mengizinkan inspeksi oleh AS jika negosiasi dengan Washington berhasil.

Data dari American Petroleum Institute menunjukkan stok minyak mentah AS turun 4,24 juta barel dalam sepekan terakhir. Pelaku pasar kini menanti laporan resmi pemerintah yang dijadwalkan rilis Kamis waktu setempat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper