Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Khawatir Lonjakan Pasokan, Harga Minyak Global Mendingin

Harga minyak tertekan sinyal kemajuan diplomatik antara Iran dan Amerika Serikat, serta ekspektasi bahwa OPEC+ akan meningkatkan produksi dalam waktu dekat.
Logo Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dalam drum minyak yang dipamerkan di KTT COP29, Baku, Azerbaijan pada Rabu (13/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov
Logo Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dalam drum minyak yang dipamerkan di KTT COP29, Baku, Azerbaijan pada Rabu (13/11/2024). / Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak mentah global kembali melemah pada akhir perdagangan Selasa (27/5/2025) di tengah kekhawatiran investor terhadap potensi kelebihan pasokan.

Tekanan muncul seiring sinyal kemajuan diplomatik antara Iran dan Amerika Serikat, serta ekspektasi bahwa OPEC+ akan meningkatkan produksi dalam waktu dekat.

Mengutip Reuters pada Rabu (28/5/2025), harga Brent turun 65 sen atau 1% ke level US$64,09 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok 64 sen atau 1,04% ke US$60,89 per barel.

Pasar mencermati pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan Rabu ini, di mana aliansi produsen diperkirakan belum akan mengubah kebijakan produksi. Namun, menurut tiga sumber internal, pertemuan lanjutan pada Sabtu kemungkinan besar akan menyetujui percepatan kenaikan produksi untuk bulan Juli.

Di sisi lain, negosiasi nuklir antara Teheran dan Washington memasuki putaran kelima di Roma pekan lalu. Meski menunjukkan secercah kemajuan, sejumlah isu krusial seperti program pengayaan uranium Iran masih menjadi batu sandungan utama.

Wakil Presiden Senior Perdagangan BOK Financial Dennis Kissler mengastakan kemungkinan peningkatan produksi oleh OPEC+ pada pertemuan pekan depan akan menjadi hambatan jangka pendek terbesar bagi harga minyak.

”Terutama jika Iran turut menambah pasokan ke pasar dalam skenario tercapainya kesepakatan dengan AS,” lanjutnya.

Jika pembicaraan gagal, sanksi terhadap Iran bisa berlanjut, membatasi ekspor minyaknya. Namun, setiap kesepakatan akan membuka keran pasokan baru ke pasar global.

Dari sisi suplai, survei awal Reuters menunjukkan stok minyak mentah AS naik sekitar 500.000 barel pekan lalu, menambah tekanan pada harga.

Sementara itu, keputusan Presiden Donald Trump untuk memperpanjang tenggat negosiasi dagang dengan Uni Eropa hingga 9 Juli turut meredakan kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan penerapan tarif yang berisiko menekan permintaan bahan bakar. Bursa Wall Street mencatat kenaikan setelah kabar tersebut.

Analis UBS Giovanni Staunovo menyebut redanya tensi dagang sebagai faktor yang mendukung harga minyak. Namun, ia menegaskan bahwa arah pasar tetap akan sangat ditentukan oleh hasil keputusan OPEC+ pada akhir pekan nanti.

Faktor lain yang turut menopang harga adalah kebakaran hutan di Alberta, Kanada, yang menyebabkan penutupan sementara beberapa fasilitas produksi minyak dan gas.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper