Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Efek BI Rate Dipangkas, Dana Asing Kembali ke Pasar Saham RI

Dana asing diproyeksi akan deras mengalir masuk ke pasar saham domestik setelah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan atau BI rate.
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (9/5/2025). JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (9/5/2025). JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham Indonesia diproyeksikan makin bergeliat seiring dengan dana asing deras kembali masuk. Apalagi, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate ke level 5,50% mebuat pasar saham domestik menjadi menarik.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan penurunan BI rate 25 basis poin ke level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20—21 Mei 2025 menjadi sinyal positif bagi pasar saham. Sebab, kebijakan BI itu menunjukkan posisi yang lebih akomodatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Dalam beberapa waktu terakhir, kita juga melihat respons positif dari investor asing, meskipun belum ada lonjakan besar dalam net buy [nilai beli bersih], tapi arah pergerakannya mulai membaik," kata Miftahul Khaer kepada Bisnis pada Kamis (22/5/2025). 

Dia juga menilai akan ada kecenderungan capital inflow secara bertahap ke depannya, khususnya ke sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti sektor perbankan.

Sejumlah saham yang akan menjadi pendorong aliran dana asing adalah saham perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA).

"BBRI, BMRI, dan BBCA masih menjadi favorit asing dan investor institusi luar karena likuiditas dan fundamentalnya kuat," ujar Miftahul Khaer. 

Selain itu, saham properti yang sensitif terhadap suku bunga seperti PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) atau PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) juga mulai dilirik karena diperkirakan permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) bisa naik seiring bunga yang turun.

Akan tetapi, terdapat pula tantangan aliran dana asing ke pasar saham Indonesia yakni kondisi global, khususnya kebijakan The Fed dan arah dolar AS. Sebab, kondisi global tersebut masih akan sangat menentukan seberapa kuat arus modal ke emerging market seperti Indonesia.

Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas Angga Septianus juga menilai penurunan suku bunga acuan BI berdampak positif terhadap aset agresif seperti pasar saham. Bisnis akan mengalami penurunan beban keuangan dan profitabilitas dapat mengalami peningkatan dengan tren suku bunga yang menurun. 

"Dengan teori tersebut, maka biasanya arus dana asing akan mulai masuk ke saham-saham penopang indeks seperti perbankan, telekomunikasi, properti, terutama perbankan," ujar Angga kepada Bisnis pada Kamis (22/5/2025).

Menurutnya, permintaan kredit akan meningkat dan ekonomi akan kembali bergerak yang akan turut mendongrak aktivitas bisnis. Hal ini yang membuat saham menjadi atraktif kembali.

Adapun, dalam beberapa waktu terakhir, aliran dana asing telah mengalir ke pasar saham Indonesia setelah pada awal 2025 keluar deras. Tercatat, net buy asing di pasar saham Indonesia mencapai Rp621 miliar pada perdagangan hari ini, Kamis (22/5/2025).

Kemudian, dalam sepekan perdagangan, net buy asing mencapai Rp2,07 triliun di pasar saham. Meskipun, sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025, pasar saham Indonesia masih mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp47,2 triliun.

Adapun, sejumlah saham mulai banyak diburu asing dalam sepekan perdagangan terakhir. Saham BBCA misalnya mencatatkan net buy asing Rp1,26 triliun dalam sepekan, saham BMRI mencatatkan net buy asing Rp681 miliar dalam sepekan, dan saham BBRI mencatatkan net buy asing Rp497 miliar dalam sepekan.

Selain saham bank, saham seperti PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) mencatatkan net buy asing sebesar Rp674 miliar dalam sepekan dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mencatatkan net buy asing sebesar Rp276 miliar dalam sepekan. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper