Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Garuda Indonesia (GIAA) di Tengah Rencana Suntikan Modal Danantara

Rencana kucuran modal dari Danantara berembus seiring dengan kondisi keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) yang masih merugi serta ekuitas negatif.
Garuda Indonesia (GIAA) mengoperasikan livery tematik Pikachu Jet GA-1 yang diaplikasikan pada pesawat Boeing 737-800 NG./Garuda Indonesia
Garuda Indonesia (GIAA) mengoperasikan livery tematik Pikachu Jet GA-1 yang diaplikasikan pada pesawat Boeing 737-800 NG./Garuda Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) dikabarkan akan mendapatkan kucuran modal dari superholding BUMN, Danantara. Rencana kucuran modal tersebut berembus seiring dengan kondisi keuangan GIAA yang masih merugi serta ekuitas negatif.

Pengamat BUMN Herry Gunawan mengatakan suntikan modal ke Garuda Indonesia secara politis memang harus dilakukan. Sebab, kondisi di GIAA memengaruhi reputasi Danantara yang diamanatkan mengelola BUMN.

"Jika di awal ada BUMN yang bubar akibat utang dan Danantara tidak bisa mengatasi, ini bisa jadi preseden buruk bagi BUMN lain, seperti pada BUMN karya," kata Herry kepada Bisnis pada Senin (19/5/2025).

Kucuran modal dari Danantara selaku pemilik GIAA pun dilakukan di tengah kondisi keuangan GIAA yang masih membukukan rugi serta ekuitas negatif.

GIAA masih membukukan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$76,48 juta. Kerugian maskapai penerbangan pelat merah ini menyusut dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$87,03 juta atau Rp1,44 triliun.

Penyusutan kerugian GIAA didorong oleh kinerja pendapatan usaha yang naik 1,62% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$723,56 juta atau Rp12,01 triliun pada kuartal I/2025, dibandingkan US$711,98 juta atau Rp11,82 triliun pada kuartal I/2024.

Raupan pendapatan usaha GIAA dikontribusikan terbesar dari operasi penerbangan US$668,56 juta. Kemudian, segmen usaha jasa pemeliharaan pesawat menyumbang pendapatan usaha sebesar US$95,36 juta. Lalu, pendapatan dari operasi lain-lain sebesar US$93,7 juta.

Herry mengatakan kegiatan operasional GIAA sebenarnya berkinerja positif. Namun, karena beban keuangannya terlalu besar, sehingga menekan kondisi keuangan perusahaan.

"Saat ini, persoalan terberat dari Garuda, kalau melihat laporan keuangan kuartal I/2025, terutama pada beban sewa serta estimasi biaya pengembalian dan pemeliharaan pesawat," ujar Herry.

Oleh karena itu, menurutnya sangat penting bagi GIAA untuk melakukan negosiasi ulang dengan perusahaan yang menyewakan pesawat. Apalagi dalam kasus sewa pesawat itu ada malpraktik, sehingga kasusnya sudah mendapatkan keputusan tetap pengadilan di Indonesia.

Adapun, GIAA mencatatkan beban usaha yang naik 2,19% yoy menjadi US$718,35 juta pada tiga bulan pertama 2025, dibandingkan US$702,92 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Setelah diakumulasi dengan pendapatan serta beban usaha lainnya maka rugi sebelum pajak GIAA mencapai US$88,73 juta, menyusut dibandingkan rugi sebelum pajak pada periode yang sama tahun sebelumnya US$100,76 juta.

GIAA juga masih berkutat dengan ekuitas negatif, di mana liabilitas GIAA melebihi asetnya. Tercatat, aset GIAA mencapai US$6,45 miliar per kuartal I/2025. Sementara, liabilitas GIAA mencapai US$7,88 miliar.

Alhasil, ekuitas negatif GIAA mencapai US$1,43 miliar pada periode yang berakhir 31 Maret 2025.

"Dengan demikian, tingkat risiko operasional Garuda sangat tinggi. Tekanan ini akan terus menghantui kinerja Garuda," kata Herry.

Sebelumnya, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer juga mengatakan GIAA masih menghadapi tantangan berat terkait kondisi kerugian besar dan ekuitas negatif. Tantangan lainnya juga dihadapi GIAA, yakni persaingan pasar seiring dengan kehadiran maskapai anyar. Selain itu, terdapat tantangan volatilitas harga bahan bakar.

"Akan tetapi, terdapat peluang yakni ekspansi seperti penambahan pesawat dan rute baru pada 2025 tentunya merupakan sebuah katalis positif," ujarnya kepada Bisnis.

Pemulihan sektor pariwisata dan peningkatan permintaan perjalanan domestik serta internasional juga bisa menjadi katalis positif. 

Sebagaimana diketahui, GIAA dikabarkan akan mendapatkan kucuran modal dari Danantara. Mengutip Bloomberg, sumber yang mengetahui informasi tersebut menyebutkan bahwa pembahasan masih bersifat awal dan belum ada keputusan final. Besaran suntikan modal juga masih dalam tahap pembahasan.

Sementara, baik pihak Garuda Indonesia maupun Danantara belum memberikan tanggapan atas permintaan konfirmasi.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper