Bisnis.com, JAKARTA — BlackRock Inc terekam mengakumulasi saham emiten konsumer PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) dan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. (ULTJ) sepanjang 2025.
Melansir Bloomberg Terminal, perusahaan manajemen aset yang bermarkas di New York, Amerika Serikat ini membeli 5,76 juta saham SIDO selama kuartal I dan II/2025.
BlackRock sejatinya sempat melepas 4,01 juta saham SIDO pada kuartal akhir 2024. Namun, entitas yang dinakhodai Larry Fink tersebut mengakumulasi kembali 4,07 juta saham SIDO pada kuartal I/2024 dan sebanyak 1,69 juta pada kuartal kedua.
Rentetan aksi beli membuat kepemilikan BlackRock di saham produsen Tolak Angin itu bertambah menjadi 117,92 juta, menempatkannya di peringkat kelima dalam daftar pemegang saham perseroan hingga akhir perdagangan Rabu (14/5/2025).
Selain itu, dengan periode kepemilikan selama 11 tahun sejak 30 Juni 2014, BlackRock mencatatkan rata-rata harga pembelian saham SIDO di level Rp640,23. Adapun saham perseroan kemarin parkir di posisi Rp525 per saham, turun 11,02% year to date (YtD).
Di sisi lain, BlackRock juga mengakumulasi saham ULTJ sepanjang 2025. Tercatat mengoleksi saham produsen Ultra Milk sejak 30 Juni 2024, BlackRock kini memiliki 12,83 juta saham perusahaan atau meningkat 7,34 juta dari posisi akhir tahun lalu.
Baca Juga
Jika diperinci, BlackRock tercatat memborong 6,79 juta saham ULTJ pada kuartal I/2025 dengan rata-rata harga pembelian (VWAP) Rp1.488. Selanjutnya, perusahaan membeli saham ULTJ sebanyak 547.386 saham pada kuartal II/2025.
Hingga akhir perdagangan kemarin, saham ULTJ ditutup melemah sebesar 2,51% menuju level Rp1.360 per saham. Harga tersebut mencerminkan penurunan sebesar 24,65% YtD, serta terkoreksi 0,73% dalam sebulan terakhir.
DIVIDEN JUMBO
Dalam perkembangan lain, SIDO dan ULTJ akan melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang saham dalam waktu dekat. Rangkaian pembagian dividen keduanya bahkan telah melewati periode cum date yang jatuh pada Rabu (14/5/2025).
Berdasarkan keterbukaan informasi, SIDO mengalokasikan dividen final sebesar Rp630 miliar atau setara dengan Rp21 per saham. Setoran ini melengkapi dividen interim sebelumnya yang mencapai Rp540 miliar atau Rp18 per saham.
Dengan demikian, seluruh laba bersih SIDO untuk tahun buku 2024 yang tercatat sebesar Rp1,17 triliun dibagikan sepenuhnya kepada pemegang saham.
“Menyetujui penetapan penggunaan laba bersih perseroan untuk tahun buku 2024 melalui pembagian dividen tunai kepada pemegang saham sebesar Rp1,17 triliun atau setara Rp39 per lembar saham dengan rasio pembayaran 100%,” tulis manajemen.
Pembagian dividen ini didasarkan pada kinerja keuangan SIDO hingga akhir tahun lalu. Sepanjang 2024, emiten jamu ini juga memiliki saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya senilai Rp1,01 triliun dan total ekuitas Rp3,49 triliun.
Manajemen SIDO menetapkan pembayaran dividen akan dilakukan pada 26 Mei 2025 yang tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) per 16 Mei.
Sementara itu, ULTJ menetapkan nilai dividen sebesar Rp467,9 miliar dari laba tahun buku 2024 atau setara dengan Rp45 per saham. Adapun sebanyak Rp685,9 miliar ditetapkan sebagai saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya.
Berdasarkan laporan keuangan 2024, emiten milik konglomerat Sabana Prawirawidjaja ini mencatatkan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp1,13 triliun, turun 2,79% secara year on year (YoY) dibandingkan 2023 sebesar Rp1,16 triliun.
Kendati laba bersih ULTJ mengalami penurunan, penjualan bersih perseroan naik 6,88% menjadi Rp8,87 triliun dari perolehan tahun sebelumnya yakni Rp8,30 triliun.
Penjualan ULTJ terdiri atas segmen minuman di pasar domestik Rp9,79 triliun dan pasar ekspor Rp12,83 miliar. Ditambah, penjualan makanan Rp70,92 miliar di pasar lokal dan Rp6,20 miliar di pasar ekspor. Namun, penjualan itu dikurangi komponen pajak pertambahan nilai (PPN) Rp977,78 miliar dan bonus kinerja Rp33,79 miliar.
___________________
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.