Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Deeskalasi Perang Dagang, Investor Serbu Saham Bank BUMN BMRI, BBRI Cs

Indeks saham emiten pelat merah atau BUMN telah menunjukan kinerja mengkilap seiring dengan meredanya perang dagang AS-China.
Pengunjung beraktivitas di main hall Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Jumat (10/1/2025)./JIBI/Bisnis/Abdurachman
Pengunjung beraktivitas di main hall Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Jumat (10/1/2025)./JIBI/Bisnis/Abdurachman

Kinerja Fundamental Himbara

Meskipun pertumbuhan laba bersih Himbara pada kuartal I/2025 melambat dibandingkan tahun sebelumnya, kualitas aset Himbara dinilai tetap terjaga, dengan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan) yang rendah, serta cakupan pencadangan yang kuat. 

"Hal ini menunjukkan bahwa perbankan BUMN memiliki fondasi yang sehat untuk mendukung pertumbuhan ke depan," kata Miftahul Khaer. 

Adapun, dia menilai agar tren positif penguatan harga saham pelat merah berkelanjutan, diperlukan katalis tambahan, seperti peningkatan efisiensi operasional, dan konsistensi dalam kebijakan fiskal serta moneter. Selain itu, stabilitas politik dan kepastian regulasi juga menjadi faktor penting.

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai penguatan saham-saham indeks BUMN, terutama Himbara belakangan ini memang ditopang oleh kombinasi antara ekspektasi fundamental dan rotasi sektoral. 

Dorongan terbesar dalam beberapa hari terakhir menurutnya lebih banyak karena rotasi dana pasca redanya ketegangan dagang AS-China. Deeskalasi perang dagang sendiri membuka ruang risk-on sentiment di pasar global, yang membuat investor asing lebih berani masuk ke aset-aset berisiko, termasuk saham di negara berkembang.

"Investor global kemudian mulai melirik pasar emerging, termasuk Indonesia. Saham-saham berkapitalisasi besar seperti Himbara jadi target karena likuiditasnya tinggi dan relatif aman secara fundamental," kata Felix kepada Bisnis pada Kamis (15/5/2025).

Dia menilai agar tren positif IDX BUMN20 bisa berlanjut, pasar butuh katalis tambahan seperti dari kepastian arah suku bunga The Fed dan Bank Indonesia ke depan. Ditambah reformasi BUMN yang konkret pasca pembentukan superholding BUMN, Danantara. 

Selain itu, stabilitas fiskal domestik, kelanjutan belanja pemerintah, dan sentimen politik pasca pemilu juga akan sangat menentukan daya tahan penguatan indeks BUMN.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper