Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan BEI Ubah Ketentuan Auto-Reject Bawah (ARB) & Trading Halt

BEI mengatakan perubahan aturan ARB & Trading Halt dilakukan dalam rangka memastikan perdagangan efek dapat berjalan secara teratur, wajar, dan efisien.
Annisa Kurniasari Saumi, Dionisio Damara Tonce
Selasa, 8 April 2025 | 08:55
Mahasiswi beraktivitas di dekat layar pergerakan saham di gedung PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (5/2/2025)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Mahasiswi beraktivitas di dekat layar pergerakan saham di gedung PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (5/2/2025)./JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan melakukan penyesuaian terhadap ketentuan auto-rejection bawah dan trading halt pada perdagangan perdana hari ini, Selasa (8/4/2025), usai libur Lebaran Idulfitri 1446 H.

Manajemen BEI dalam keterangan resminya mengatakan perubahan tersebut dilakukan dalam rangka memastikan perdagangan efek dapat berjalan secara teratur, wajar, dan efisien.

"BEI dengan dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan penyesuaian terhadap Surat Keputusan Direksi Bursa perihal Perubahan Peraturan II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas dan Surat Keputusan Direksi Bursa tentang Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia Dalam Kondisi Darurat," kata Manajemen BEI, Selasa (8/4/2025).

Penyesuaian tersebut dilakukan pada ketentuan pelaksanaan penghentian sementara perdagangan Efek dan batasan persentase Auto Rejection Bawah yang tertuang pada Surat Keputusan Direksi tanggal 8 April 2025 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat dan Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas.

"Adapun kedua surat keputusan tersebut akan mulai efektif diberlakukan Selasa, 8 April 2025," tambah Manajemen BEI.

Dengan ketentuan ini, maka batasan persentase Auto Rejection Bawah disesuaikan menjadi 15% bagi efek berupa saham pada Papan Utama, Papan Pengembangan, dan Papan Ekonomi Baru, kemudian Exchange-Traded Fund (ETF), serta Dana Investasi Real Estat (DIRE) untuk seluruh rentang harga.

Sementara itu, ketentuan penghentian sementara pelaksanaan perdagangan Efek disesuaikan dalam hal terjadi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam satu Hari Bursa yang sama, Bursa melakukan sejumlah tindakan.

Tindakan pertama adalah trading halt selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan hingga lebih dari 8%, kemudian trading halt selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan lanjutan hingga lebih dari 15%.

Bursa juga dapat melakukan trading suspend apabila IHSG mengalami penurunan lanjutan hingga lebih dari 20% dengan ketentuan sampai akhir sesi perdagangan, atau lebih dari satu sesi perdagangan setelah mendapat persetujuan atau perintah OJK.

BEI melanjutkan penyesuaian persentase Auto Rejection Bawah dilakukan untuk menjaga volatilitas pasar dan memastikan pelindungan investor.

Sementara itu, penyesuaian ketentuan pelaksanaan penghentian sementara perdagangan Efek dilakukan sebagai upaya BEI untuk memberikan ruang likuiditas yang lebih luas bagi investor dalam menentukan strategi investasi dengan mempertimbangkan informasi yang ada.

Dalam penerapan kebijakan ini, BEI menyampaikan telah mempertimbangkan best practice pada bursa-bursa di dunia, serta memperhatikan masukan pelaku pasar.

IHSG
IHSG

Sebelumnya, Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk. (RELI), Reza Priyambada, mengatakan bahwa ada sejumlah pihak yang memprediksi IHSG berpotensi terkena auto reject bawah hingga terjadi penghentian sementara perdagangan alias trading halt pada perdagangan perdana hari ini, (8/4) usai libur Lebaran Idulfitri 1446 H.

Menurutnya, dalam kondisi pasar yang sudah tertekan sejak awal tahun akibat beragam sentimen negatif, ajakan-ajakan untuk panik justru akan memperburuk keadaan. Para investor yang cenderung menjadi ‘followers’ bisa jadi ikut-ikutan menjual saham dalam kondisi rugi, sehingga memperparah kerugian.

“Jangan terlalu panik dengan kondisi ini. Naik turunnya market karena persepsi para pelaku pasar dalam menilai sentimen yang ada di depan mata. Para pelaku pasar lah yang membuat IHSG dan saham-saham di dalamnya naik dan turun, bukan karena sentimen semata,” ujarnya pada Senin (7/4/2025). 

Dia pun meminta para investor dan trader untuk tetap tenang serta objektif menilai kondisi pasar. Jika memang belum yakin, investor bisa memilih untuk wait & see dan sementara masuk ke instrumen seperti fixed income atau reksa dana pasar uang.

“Yang penting tetap optimis bahwa badai ini akan berlalu. Mari kita jaga pasar, bukan malah menakut-nakuti pelaku pasar lain,” pungkasnya.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik juga meminta investor untuk tidak panik karena bursa di Asia yang turut dikenakan tarif impor oleh AS tidak mengalami dampak signifikan.

Berdasarkan data, sejumlah indeks harga saham di negara-negara Asia hanya mencatatkan pelemahan tipis setelah mantan Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impor pada Rabu (2/4/2025).

Contohnya, SHCOMP Index di Bursa Shanghai melemah 0,24% hingga Jumat (4/4/2025). HSI Index di Bursa Hong Kong melemah 1,52%, KOSPI Index di Korea Selatan turun 1,61%, dan SENSEX Index di India terkoreksi 1,64%.

“Kalau kita lihat data, maka bursa-bursa negara Asia yang dikenakan tarif tinggi tidak mengalami dampak negatif yang signifikan. Justru bursa-bursa di Eropa dan Amerika yang terdampak cukup dalam,” ujar Jeffrey dalam keterangan tertulis. 

Sejumlah indeks saham utama di bursa Eropa dan Amerika memang mencatatkan pelemahan tajam. CCMP Index di NASDAQ merosot 11,44%, SPX Index di S&P 500 turun 10,53%, dan DJI Index di Dow Jones jatuh 9,26%.

Sementara itu, CAC Index di Bursa Prancis melemah 7,43%, DAX Index di Bursa Jerman turun 7,81%, dan IBEX Index di Bursa Spanyol amblas 6,95%.

Dengan kondisi tersebut, Jeffrey pun mengimbau kepada para investor untuk tetap tenang dan rasional dalam mengambil keputusan investasi.

“Investor agar tidak panik. Lakukan analisis secara cermat dan ambil keputusan investasi secara rasional,” pungkasnya.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper