Bisnis.com, JAKARTA – Emiten Grup Salim, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) mencatat laba bersih sebesar Rp8,64 triliun pada 2024. Jumlah ini meningkat 6,07% dibandingkan tahun sebelumnya yang meraih Rp8,14 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian, kenaikan itu didorong oleh penjualan bersih Indofood yang meningkat 3,66% secara tahunan menjadi Rp115,78 triliun.
Kinerja penjualan INDF ditopang segmen produk konsumen bermerek yang mencatatkan Rp73,32 triliun. Adapun segmen bogasari menyumbang Rp30,55 triliun, agribisnis berkontribusi Rp15,95 triliun, dan distribusi sebesar Rp7 triliun. Jumlah ini kemudian dikurangi biaya eliminasi Rp11,05 triliun.
Adapun penjualan bersih perseroan utamanya disalurkan kepada pihak ketiga sebesar Rp105,67 triliun, sementara pihak berelasi berkontribusi Rp10,10 triliun.
Sementara itu, beban pokok penjualan tercatat Rp75,65 triliun, stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Hal itu berkontribusi pada pertumbuhan laba kotor sebesar 11,33% menjadi Rp40,13 triliun atau dari level Rp36,05 triliun pada 2023.
Anthoni Salim, Direktur Utama dan Chief Executive Officer Indofood, mengatakan bahwa 2024 merupakan periode yang kuat bagi perseroan dengan pertumbuhan dalam hal pendapatan maupun profitabilitas.
Baca Juga
"Keberhasilan ini didukung oleh operasi kami yang terintegrasi secara vertikal serta posisi pasar yang kuat. Pada 2025, kami akan terus fokus pada pertumbuhan organik, sambil menyeimbangkan pangsa pasar dengan profitabilitas dan menjaga neraca keuangan yang sehat,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (25/3/2025).
Adapun laba usaha INDF tumbuh 17% year on year (YoY) menjadi Rp23,09 triliun, dengan margin usaha menjadi 19,9% atau naik dari level 17,6% tahun sebelumnya.
Tanpa memperhitungkan pos non-recurring dan valuta asing, laba inti yang mencerminkan kinerja operasional naik 16% YoY menjadi Rp11,34 triliun.
Dari sisi neraca keuangan, total aset Indofood meningkat 8,1% menjadi Rp201,71 triliun atau dari Rp186,58 triliun pada 2023. Total ekuitas naik 8,5% menjadi Rp108,99 triliun, sementara total liabilitas bertambah 7,7% menjadi Rp92,72 triliun.