Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah ambrol pada pekan lalu, bahkan sempat membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan trading halt. Bagaimana kemudian proyeksi indeks pekan ini, jelang libur panjang Lebaran?
Berdasarkan data BEI, IHSG ambles sebesar 3,95% dalam sepekan perdagangan 17-21 Maret 2025. IHSG pun terparkir di zona merah di level 6.258,17 pada akhir perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (21/3/2025).
Adapun, IHSG sempat ambles 6,12% ke level 6.076,08 pada sesi I perdagangan Selasa (18/3/2025). Hal itu memicu BEI melakukan pembekuan perdagangan sementara atau trading halt, pertama kalinya sejak 2020.
Pasar saham Indonesia juga mencatat keluarnya dana asing dengan deras. Tercatat, nilai jual bersih atau net sell asing dalam sepekan perdagangan kemarin mencapai Rp7,13 triliun pada pekan lalu. Aliran dana asing pekan lalu melonjak dari periode pekan sebelumnya Rp3,69 triliun.
Tim Riset Phintraco Sekuritas menilai pergerakan IHSG pekan lalu dibayang-bayangi salah satunya oleh faktor eksternal, yakni pengumuman suku bunga The Fed. Selain itu, ketidakpastian ekonomi global yang dipengaruhi oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump pun masih menyertai pasar.
Adapun, pada perdagangan pekan ini, atau periode perdagangan jelang libur Lebaran, IHSG diperkirakan fluktuatif dalam rentang 6.100-6.370.
Baca Juga
Sejumlah sentimen menyertai pergerakan IHSG pekan ini. Dari luar negeri misalnya, pasar akan disibukan dengan data indeks manufaktur dari sejumlah negara, termasuk Jepang, India, Jerman, Uni Eropa, Inggris dan AS.
Pasar juga menantikan data US Consumer Confidence dan penjulalan properti, serta bacaan final realisasi pertumbuhan ekonomi keseluruhan 2024. Data-data tersebut diyakini akan memengaruhi pandangan pasar terhadap arah kebijakan The Fed.
"Dari dalam negeri, kebijakan OJK yang memperbolehkan buyback tanpa RUPS [rapat umum pemegang saham] nampaknya masih memerlukan waktu sebelum berdampak pada IHSG," tulis Tim Riset Phintraco Sekuritas pada Senin (24/3/2025).
Di sisi lain, pasar juga masih berharap terhadap obat dari Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki kepercayaan diri pelaku pasar terhadap pasar modal Indonesia.
Sebelumnya, Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus menilai pada perdagangan pekan ini, terdapat dua data yang menjadi perhatian investor di pasar saham.
Pertama, data inflasi PCE AS yang akan dirilis pada pekan ini dan diharapkan dapat mendekati target inflasi 2%. Kedua, data nilai tukar rupiah yang masih dalam tekanan seiring masih derasnya aksi jual asing pada pasar saham serta obligasi atau surat utang.
Selain itu, risiko pelemahan rupiah lanjutan dapat terjadi seiring risiko repatriasi asing, setelah mendapatkan dividen dari emiten-emiten pembagi dividen, terutama perbankan.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.