Bisnis.com, JAKARTA – Kelonggaran aturan pembelian kembali saham atau buyback tanpa persetujuan pemegang saham, yang digulirkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dapat menjadi momentum menarik untuk mencermati saham-saham konsumer.
OJK diketahui telah merelaksasi aturan buyback tanpa persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS) sebagai bagian dari stimulus untuk menopang kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tengah volatilitas pasar.
“Aturan ini mulai berlaku pada 18 Maret 2025 dan akan berlangsung selama enam bulan,” ujar Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Willy Goutama, dalam riset yang dipublikasikan pada Kamis (20/3/2025).
Menurut Willy, kebijakan tersebut dinilai tepat waktu karena rasio price-to-earnings ratio (PER) tahun fiskal 2025 dari sejumlah emiten konsumer berada dalam kisaran menarik, yaitu dari angka satu digit tinggi dan dua digit rendah.
Sejumlah perusahaan konsumer juga mulai aktif melakukan buyback, seperti KLBF, LPPF, RALS, SIDO, dan ULTJ yang konsisten melakukan selama satu dekade terakhir.
PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF), misalnya, mengalokasikan dana sebesar Rp150 miliar atau sekitar 37% dari kas 2024 untuk membeli kembali maksimal 10% dari total sahamnya selama setahun ke depan mulai 10 April 2025.
Baca Juga
Adapun PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) menyiapkan dana Rp300 miliar atau sekitar 35% dari kas tahun fiskal 2024, untuk melakukan buyback maksimal 1,5% dari total sahamnya dalam periode 2 Mei 2025 hingga 2 Mei 2026.
“Relaksasi OJK berpotensi mendorong lebih banyak emiten konsumer untuk melakukan buyback, karena sebagian besar dari mereka memiliki arus kas bebas yang kuat dan rasio kepemilikan kas terhadap kapitalisasi pasar yang tinggi,” kata Willy.
Dia juga menyatakan bahwa perusahaan dengan peringkat beli, seperti INDF, HMSP, dan ICBP mencatatkan arus kas bebas tertinggi di sektor konsumer.
“Selain MYOR, ICBP, dan INDF, sebagian besar perusahaan konsumen dalam cakupan kami berada dalam posisi kas bersih, yang semakin memperkuat potensi mereka dalam memanfaatkan kebijakan buyback tersebut,” ucapnya.
Maybank Sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk MYOR dengan target harga Rp3.500 per saham. Sementara itu, saham ICBP dan MAPI juga disematkan peringkat serupa dengan target harga masing-masing Rp14.000 dan Rp2.000.
Di sisi lain, peringkat jual diberikan kepada GGRM dengan target di level Rp8.000 per saham, target LPPF mencapai Rp1.150 dan UNVR sebesar Rp1.400 per saham.
“Rekomendasi beli utama kami mencakup MYOR, ICBP, dan MAPI, sementara rekomendasi jual utama diberikan kepada GGRM, LPPF, dan UNVR,” ungkap Willy.
Dia menuturkan beberapa risiko yang dapat memberikan tekanan terhadap sektor konsumer, antara lain kenaikan biaya bahan baku, potensi pengenaan pajak gula, serta kemunculan pesaing baru dengan strategi yang lebih agresif.
Pandangan netral dipertahankan untuk sektor konsumer karena pertumbuhan laba dan visibilitasnya akan bervariasi, sehingga lebih menguntungkan perusahaan yang memiliki inisiatif untuk mengerek profitabilitas dan mengurangi risiko persaingan.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.