Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Perkasa ke Level Rp16.349 di Hadapan Greenback

Rupiah ditutup menguat 0,48% ke level Rp16.349,5 per dolar AS hari ini.
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (9/12/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (9/12/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat ke posisi Rp16.349,5 pada akhir pekan, Jumat (14/3/2025). Pada saat bersamaan, dolar AS terpantau mengalami penguatan.

Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup perkasa dengan kenaikan 0,48% ke level Rp16.349,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS juga menguat 0,23% menuju 104,06.

Sementara itu, mayoritas mata uang di Asia juga menguat. Peso Filipina naik sebesar 0,20% bersama rupee India sebesar 0,46%. Sementara itu, yuan China dan baht Thailand juga menguat dengan persentase masing-masing 0,15% dan 0,28%.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan data ekonomi Amerika Serikat (AS) baru-baru ini menunjukkan inflasi yang lebih rendah dari ekspektasi. 

Baik Indeks Harga Konsumen (CPI) maupun Indeks Harga Produsen (PPI) mengindikasikan tekanan inflasi yang melemah. 

“Hal ini memperkuat spekulasi bahwa The Fed dapat memangkas suku bunga pada akhir tahun,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat (14/3/2025). 

Federal Reserve dijadwalkan menggelar pertemuan pada 18-19 Maret untuk membahas kebijakan suku bunga. Konsensus saat ini memperkirakan suku bunga tetap bertahan di tengah inflasi yang masih tinggi serta ketegangan perdagangan. 

Di sisi lain, Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 200% pada minuman beralkohol Eropa, termasuk anggur dan sampanye. Langkah ini merupakan respons terhadap keputusan Uni Eropa (UE) yang menetapkan tarif 50% pada wiski Amerika.

Keputusan UE, yang mulai berlaku pada 1 April, adalah balasan atas kebijakan AS yang lebih dulu menerapkan tarif 25% pada impor baja dan aluminium. 

“Selain itu, Trump berencana memberlakukan tarif timbal balik di seluruh dunia pada 2 April, yang berpotensi semakin meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan.”

Dari dalam negeri, data terbaru menunjukkan bahwa tantangan kelesuan ekonomi domestik semakin nyata. Rasio tabungan masyarakat Indonesia jatuh ke level terendah sejak 2021 akibat melemahnya penghasilan dan daya beli. 

Kondisi ini, kata Ibrahim, menuntut pemerintah untuk lebih serius dalam mengatasi permasalahan ekonomi. Adapun prospek ekonomi ke depan pun dipandang suram.

Dalam enam bulan ke depan, kondisi diperkirakan semakin memburuk, dengan keyakinan konsumen turun ke level terendah dalam tiga bulan terakhir. 

“Lapangan kerja yang makin sulit serta gelombang pemutusan hubungan kerja [PHK] yang meluas di berbagai sektor turut memperparah situasi,” ucap Ibrahim. 

Sejumlah institusi keuangan global lantas mulai menyesuaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. OCBC, memperkirakan PDB Indonesia pada kuartal I/2025 hanya tumbuh 4,8%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 5%.

Penurunan ini dipengaruhi oleh langkah pemotongan anggaran yang dilakukan pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto. Kebijakan tersebut dinilai dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.

Selain itu, outlook fiskal Indonesia masih menghadapi ketidakpastian tinggi terkait realokasi anggaran dan implementasinya. Minimnya tambahan sumber pendapatan serta pembentukan Danantara juga berpotensi mempengaruhi penerimaan negara.

Di tengah kondisi saat ini, Ibrahim memperkirakan rupiah akan berfluktuatif dan ditutup melemah dalam rentang Rp16.340 – Rp16.400 per dolar AS pada pekan depan.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper