Bisnis.com, JAKARTA – PT Indofarma Tbk. (INAF) akan menjual aset senilai total Rp306,3 miliar untuk melunasi utang gaji karyawan yang membengkak.
Indofarma tercatat memiliki total utang gaji karyawan sebesar Rp98,93 miliar pada 10 Maret 2025. Jumlah tersebut meningkat dari posisi Rp31,88 miliar per 30 Juni 2024, yang terdiri dari gaji tertunggak sebesar Rp19,75 miliar, tunjangan kesejahteraan Rp6,14 miliar, dan tunjangan akhir tahun mencapai Rp5,99 miliar.
“Dengan berjalannya waktu, terjadi penambahan nilai utang gaji kepada karyawan dengan nilai per tanggal 10 Maret 2025 sebesar Rp98,92 miliar,” ujar Direktur Utama Indofarma Yeliandriani dalam surat kepada Bursa Efek Indonesia, Jumat (14/3/2025).
Dia menuturkan bahwa pelunasan gaji tersebut akan berasal dari penjualan aset nonjaminan dan aset jaminan nonproduksi yang saat ini masih berproses.
Berdasarkan valuasi Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) per Februari 2024, emiten BUMN farmasi akan menjual aset senilai total Rp306,3 miliar. Terdiri atas aset nonjaminan Rp81,98 miliar dan aset jaminan nonproduksi Rp224,33 miliar.
“Pelunasan outstanding kepada karyawan ini, direncanakan berasal dari hasil penjualan aset nonjaminan dan aset jaminan nonproduksi yang diatur ketentuannya dalam perjanjian perdamaian,” ungkap Yeliandriani.
Baca Juga
Adapun keputusan terkait penjualan aset telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 12 Desember 2024.
Sementara itu, Yeliandriani menegaskan bahwa sejauh ini tidak ada informasi material lain yang dapat mempengaruhi kondisi emiten yang melantai sejak 2001 tersebut.
Berdasarkan kinerja keuangan per kuartal III/2024, Indofarma mencatat rugi bersih sebesar Rp166,48 miliar. Kerugian ini menurun 13,1% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp191,69 miliar.
Rugi tersebut dibarengi dengan kinerja penjualan bersih yang mengalami penurunan signifikan menjadi Rp137,87 miliar, dari Rp445,70 miliar pada kuartal III/2023.
Penurunan terbesar terlihat pada segmen penjualan lokal, terutama produk ethical, yang anjlok 76,6% menjadi Rp63,7 miliar dari Rp272,82 miliar pada kuartal III/2023.
Di samping itu, segmen Fast Moving Consumer Goods (FMCG) tidak mencatatkan penjualan sama sekali sepanjang periode Januari-September 2024, padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya masih membukukan Rp85,47 miliar.