Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Intip Target Kontrak Baru ADHI dan PTPP 2025

ADHI menargetkan kontrak baru 2025 sebesar Rp27 hingga Rp28 triliun, sementara PTPP patok tumbuh 5% dari realisasi 2024 yang senilai Rp27,09 triliun.
Thomas Mola,Dionisio Damara Tonce
Sabtu, 8 Maret 2025 | 02:30
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mempunyai target berbeda untuk kontrak baru 2025. Di tengah kondisi penghematan anggaran, target kontrak baru PTPP dan ADHI cukup menantang. 

ADHI misalnya menargetkan kontrak baru sebesar Rp27 triliun hingga Rp28 triliun pada 2025. Angka itu naik hampir 40% jika dibandingkan dengan realisasi kontrak ADHI 2024 yang senilai Rp20,01 triliun. 

Sekretaris Perusahaan ADHI Rozi Sparta mengatakan perseroan menargetkan perolehan kontrak baru sekitar Rp27 triliun hingga Rp28 triliun pada 2025.

Untuk meraih target tersebut, dia menuturkan bahwa ADHI berencana memfokuskan portofolio kontrak ke segmen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta seiring penurunan anggaran infrastruktur dalam APBN 2025.  

“Perseroan menyusun target kinerja keuangan 2025 dengan mempertimbangkan berbagai potensi dan tantangan yang ada,” ujarnya kepada Bisnis.

Rozi menambahkan bahwa manajemen akan berfokus pada pertumbuhan pendapatan tahun ini dengan mempercepat penyelesaian proyek, menambah kontrak baru, serta meningkatkan efisiensi operasional dan pengendalian biaya.

“Perseroan berkomitmen terus beradaptasi dengan kondisi pasar dan memaksimalkan peluang yang ada guna menjaga pertumbuhan pendapatan yang positif,” ucapnya.

Adapun, ADHI  mencetak laba bersih atau laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp252,49 miliar. Jumlah ini naik 17,98% dari raihan laba sebelumnya Rp214,01 miliar. Laba ADHI itu diraih ketika kinerja pendapatan usaha merosot. 

Di sisi lain, PTPP menargetkan kontrak baru 2025 tumbuh sebesar 5% dari realisasi 2024 senilai Rp27,09 triliun. PTPP bakal fokus menggarap sektor gedung yang berkontribusi 31,19% terhadap kontrak baru pada 2024 lalu. 

Corporate Secretary PTPP Joko Raharjo menuturkan pertumbuhan itu akan didorong oleh sektor konstruksi dengan mayoritas kontribusi berasal dari proyek gedung.

“PTPP memiliki target growth pada nilai kontrak baru sebesar 5% dari realisasi 2024 dengan mayoritas terbesar pada gedung sebesar 31,19%, jalan dan jembatan 26,47%, serta pelabuhan 12,95%,” ujarnya kepada Bisnis. 

Sepanjang 2024, PTPP mengamankan kontrak baru sebesar Rp27,09 triliun. Nilai tersebut lebih rendah dari realisasi tahun sebelumnya yang meraih Rp31,67 triliun.

Joko menyampaikan kontribusi perolehan kontrak 2024 meliputi proyek gedung sebesar 33,42%, proyek jalan dan jembatan 32,48%, proyek infrastruktur pertambangan 17,70%, proyek industri 10,33%, proyek pelabuhan 4,14%, dan sektor lainnya 1,93%.

Adapun, sumber pendanaan proyek yang diperoleh sepanjang 2024 didominasi oleh dana dari pemerintah dengan porsi 43,35%, disusul proyek-proyek yang didanai oleh BUMN sebesar 28,82%, serta swasta berkontribusi 27,83%.

Dari sisi kinerja, PTPP membukukan laba bersih sebesar Rp415,65 miliar sepanjang tahun lalu. Nilai itu turun 13,65% dibandingkan laba 2023 yang mencapai Rp481,37 miliar. 

Padahal, berdasarkan Laporan Keuangan konsolidasian 2024, PTPP membukukan pendapatan usaha sebesar Rp19,81 triliun atau tumbuh 7,30% secara tahunan (year on year/YoY) dari posisi sebelumnya Rp18,46 triliun. 

Capaian tersebut ditopang oleh segmen jasa konstruksi yang meningkat 10,19% YoY, dari posisi Rp14,68 triliun menjadi Rp16,17 triliun pada tahun lalu. 

Beban pokok pendapatan PTPP turut meningkat sebesar 6,82% YoY menjadi Rp17,17 triliun. Hal ini membuat perseroan mencatat laba kotor sebesar Rp2,63 triliun pada 2024, bertumbuh 10,53% dari posisi Rp2,38 triliun tahun 2023.

Akan tetapi, setelah dihitung dengan pendapatan dan beban lainnya, perseroan meraih laba bersih atau laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp415,65 miliar atau turun 13,65% secara tahunan.  

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper