Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adhi Karya (ADHI) Klaim Belum Terima Pembayaran Proyek LRT Rp2,1 Triliun

Manajemen Adhi karya (ADHI) mengungkapkan belum menerima sisa pembayaran dari pemerintah atas proyek LRT Jabodebek senilai Rp2,1 triliun.
Rangkaian LRT Jabodebek melintas di Jakarta, Senin (28/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Rangkaian LRT Jabodebek melintas di Jakarta, Senin (28/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

 Bisnis.com, JAKARTA – PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) belum menerima sisa pembayaran atas pekerjaan proyek LRT Jabodebek yang mencapai Rp2,1 triliun.

Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson mengatakan bahwa perusahaan memiliki tagihan kepada pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terkait pembayaran proyek LRT Jabodebek, yang sudah beroperasi.

“Alhamdulillah, operasionalnya sudah berjalan lancar, tinggal menunggu proses pembayaran,” ujarnya dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Rabu (5/3/2025).

Menurut Entus, ADHI telah bertemu dengan Kemenhub dan Kementerian Keuangan guna mencari solusi terbaik terkait dengan pola pembayaran proyek tersebut.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, ADHI terakhir kali menerima pembayaran atas proyek LRT pada 1 April 2024. Kala itu, perseroan menerima kucuran dana sebesar Rp23,3 triliun dari total nilai kontrak yang mencapai Rp25,5 triliun.

Pembayaran itu dilakukan setelah seluruh pekerjaan, mulai dari perencanaan desain, pembangunan struktur, hingga pembangunan stasiun dan fasilitasnya rampung.

Secara rinci, LRT Jabodebek memiliki tiga lintas pelayanan yaitu Cawang–Cibubur, Cawang–Dukuh Atas, dan Cawang–Bekasi Timur. Seluruh operasional stasiun tersebut sudah diresmikan pemerintah pada 27 Agustus 2023.

Sepanjang tahun lalu, ADHI tercatat meraih nilai kontrak baru sebesar Rp20,01 triliun. Capaian tersebut melemah hingga 46,85% year on year (YoY) jika dibandingkan dengan kontrak baru 2023 yang meraih Rp37,65 triliun.

Pada 2025, Sekretaris Perusahaan ADHI Rozi Sparta mengatakan perseroan menargetkan perolehan kontrak baru sekitar Rp27 triliun hingga Rp28 triliun.

Untuk meraih target tersebut, dia menuturkan bahwa perseroan berencana memfokuskan portofolio kontrak ke segmen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta seiring penurunan anggaran infrastruktur dalam APBN 2025.

“Perseroan menyusun target kinerja keuangan 2025 dengan mempertimbangkan berbagai potensi dan tantangan yang ada,” ujarnya kepada Bisnis.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper