Bisnis.com, JAKARTA — Terdapat beda pandangan sejumlah sekuritas asing terhadap prospek pasar saham Indonesia yang dinilai menjadi pemantik volitalitas. Bagaimana kemudian tren pasar saham Indonesia ke depan?
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menghijau, naik 1,32% pada perdagangan kemarin, Kamis (6/3/2025). IHSG melanjutkan kenaikan setelah pada Rabu (5/3/2025) ditutup naik 2,43%.
Meski begitu, IHSG masih merosot 6,53% sepanjang tahun berjalan 2025. IHSG sempat menyentuh level 7.257,13 pada 22 Januari 2025, tetapi sempat menukik tajam ke level 6.270,6 pada 28 Februari 2025.
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Indri Liftiany Travelin Yunus mengatakan fluktuasi IHSG terjadi seiring dengan adanya beda pandangan dua sekuritas asing besar yakni Morgan Stanley dan JP Morgan terhadap prospek pasar saham Indonesia.
"Saat ini, pergerakan IHSG masih dipengaruhi oleh statement bersebrangan oleh kedua perusahaan besar tersebut [Morgan Stanley dan JP Morgan]," kata Indri kepada Bisnis pada Kamis (6/3/2025).
Pada akhir pekan lalu, Morgan Stanley mengumumkan penurunan bobot saham Indonesia dari equalweight menjadi underweight dan menyebabkan pasar saham Indonesia turun signifikan.
Baca Juga
Dalam laporannya, imbal hasil atau return on equity (ROE) Indonesia menunjukkan momentum penurunan, terutama karena memburuknya lingkungan pertumbuhan bagi sektor cyclical domestik.
Sementara, pada awal pekan ini, JP Morgan mengumumkan kenaikan bobot saham perbankan Indonesia dari equalweight ke overweight dan menyebabkan IHSG bangkit signifikan.
JP Morgan menaikkan peringkat PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) menjadi overweight dari sebelumnya netral. Begitu juga dengan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) yang mendapatkan peringkat overweight dari sebelumnya netral.
"Namun, kami memprediksi bahwa fluktuasi IHSG ini berpotensi berakhir dalam waktu dekat, sebab terlihat dari sisi teknikalnya saat ini, sudah memberikan indikasi bahwa IHSG akan mengalami pemulihan trend," kata Indri.
Saat ini, menurut Indri, IHSG sedang berusaha untuk menembus garis EMA 20 di level 6.655 sebagai area resistance terdekat.
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan juga mengatakan beda pandangan antara Morgan Stanley dan JP Morgan bisa menjadi salah satu pemicu pasar yang terombang-ambing. Ia menilai Morgan Stanley yang menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi underweight melihat ada potensi tekanan ke depan, misalnya dari kebijakan fiskal atau penguatan dolar AS.
Sementara JP Morgan justru memberikan sentimen positif ke saham perbankan, yang bisa menarik minat investor ke sektor tersebut. "Jadi, wajar kalau IHSG volatil, karena pelaku pasar masih mencerna dua pandangan [Morgan Stanley dan JP Morgan] yang bertolak belakang ini," ujar Felix.
Ke depan, menurutnya terdapat peluang IHSG menghijau didorong oleh sejumlah sentimen seperti meredanya tensi dagang setelah relaksasi sektor otomotif. Terdapat pula dorongan dari menguatnya harga komoditas dan rupiah, serta berkurangnya tekanan outflow dana asing.
"Jadi, meskipun volatilitas masih ada, terdapat pula potensi IHSG untuk tetap berada dalam tren positif," tutur Felix.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.