Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp16.371 pada perdagangan hari ini, Selasa (25/2/2025). Mata uang Garuda terkoreksi bersamaan dengan pelemahan dolar AS.
Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,57% ke Rp16.371 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,01% ke 106,57.
Sementara itu, mata uang Asia lainnya ditutup bervariasi sore ini seperti yen Jepang naik 0,20%, dolar Hong Kong naik 0,02%, dolar Singapura melemah 0,01%, dolar Taiwan melemah 0,28%, dan won Korea Selatan melemah 0,13%.
Kemudian peso Filipina turun 0,21%, rupee India melemah 0,48%, yuan China turun 0,24%, ringgit Malaysia melemah 0,28%, dan baht Thailand melemah 0,50%.
Melansir Bloomberg, rupiah melemah di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global dan aksi jual saham lokal oleh investor asing.
Analis Maybank Myrdal Gunarto menulis ketegangan perdagangan global ini meningkat setelah langkah Donald Trump membatasi investasi China serta rencana memberlakukan tarif terhadap Meksiko dan Kanada. Langkah tersebut berdampak negatif terhadap sentimen mata uang Asia, termasuk rupiah.
Baca Juga
Faktor lain yang menekan rupiah termasuk meningkatnya permintaan dolar di akhir bulan dan arus keluar dana dari pasar saham.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan tarif yang dijadwalkan untuk diberlakukan terhadap Kanada dan Meksiko bulan depan tetap berjalan “sesuai jadwal” dan “bergerak sangat cepat” setelah sempat ditunda. Namun, seorang pejabat AS memperingatkan bahwa jadwal tersebut masih belum pasti.
"Tarif akan tetap berjalan sesuai jadwal," ujar Trump.
Namun, setelah pernyataan tersebut, seorang pejabat AS mengatakan bahwa nasib tarif khusus sebesar 25% terhadap Kanada dan Meksiko yang dikaitkan dengan tuntutan keamanan perbatasan masih belum diputuskan.
Tarif timbal balik yang disebut Trump, yang dapat dikenakan ke semua negara termasuk Kanada dan Meksiko, akan tetap berjalan pada April, menurut pejabat tersebut.
"Kami ingin semuanya seimbang—jika seseorang mengenakan tarif kepada kami, maka kami juga mengenakan tarif kepada mereka. Itu sangat sederhana," kata Trump.
Trump bergerak cepat untuk mengumumkan tarif besar-besaran di masa jabatan keduanya. Ini merupakan bagian dari agenda yang bertujuan menggunakan tarif untuk merombak sistem perdagangan global yang menurutnya tidak adil bagi AS, serta mendorong perusahaan menciptakan lebih banyak lapangan kerja di dalam negeri.
Presiden AS itu telah memberlakukan tarif 10% terhadap impor dari China, sementara tarif terhadap baja dan aluminium dijadwalkan berlaku pada bulan Maret. Tarif timbal balik yang dijanjikan Trump bisa diterapkan mulai April, tetapi tarif ini memerlukan perhitungan berdasarkan masing-masing negara.
Trump juga menyatakan kemungkinan mengenakan tarif sekitar 25% terhadap impor mobil, kayu, semikonduktor, dan farmasi, dengan pengumuman yang mungkin datang paling cepat pada 2 April.
Trump pertama kali mengancam akan memberlakukan tarif ini selama masa transisi kepresidenan Trump menuduh Kanada dan Meksiko tidak melakukan cukup banyak upaya untuk mengamankan perbatasan AS, yang merupakan isu utama baginya.
Kanada telah memperluas kewenangannya untuk menindak kartel narkoba sebagai upaya meyakinkan Trump bahwa mereka bertindak.
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, juga telah menunjuk seorang "fentanyl czar" untuk memimpin upaya menghentikan aliran obat tersebut melintasi perbatasan.