Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi Walmart Picu Kekhawatiran Daya Beli Konsumen, Wall Street Ditutup Melemah

Bursa saham AS ditutup melemah pada Kamis (20/2), terseret kekhawatiran investor terhadap tarif perdagangan serta laporan keuangan Walmart yang mengecewakan.
Informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Senin, 5 Agustus 2024. Aksi jual pasar global semakin dalam karena kekhawatiran terhadap resesi ekonomi AS semakin meningkat./Bloomberg-Michael Nagle
Informasi pasar saham di Nasdaq MarketSite di New York, AS, Senin, 5 Agustus 2024. Aksi jual pasar global semakin dalam karena kekhawatiran terhadap resesi ekonomi AS semakin meningkat./Bloomberg-Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Kamis (20/2/2025), terseret kekhawatiran investor terhadap tarif perdagangan serta laporan keuangan Walmart yang mengecewakan.

Melansir Reuters, Jumat (21/2/2025), Indeks Dow Jones anjlok 450,94 poin atau 1,01% ke level 44.176,65, sedangkan indeks S&P 500 turun 26,63 poin atau 0,43% ke 6.117,52 dan Nasdaq merosot 93,89 poin atau 0,47% ke 19.962,36.

Dari 11 sektor utama indeks S&P 500, sektor keuangan mengalami koreksi terdalam sebesar 1,6%, sementara sektor energi menjadi satu-satunya yang mencatatkan kenaikan dengan penguatan 1,0%.

Di tengah ketidakpastian pasar, harga emas melonjak ke level tertinggi sepanjang sejarah, menandakan peralihan investor ke aset safe haven.

Peritel terbesar dunia, Walmart, merilis proyeksi penjualan dan laba tahun fiskal yang lebih rendah dari estimasi analis, mengindikasikan melemahnya permintaan konsumen.

Manajer portofolio senior Dakota Wealth Robert Pavlik mengatakan prospek Walmart yang mengecewakan menjadi kekhawatiran turunnya daya beli masyarakat.

"Mengingat konsumsi menyumbang 70% dari ekonomi AS, prospek suram Walmart menimbulkan kekhawatiran terhadap daya beli masyarakat dan tren belanja ke depan," ujar Pavlik.

Tekanan jual yang menekan saham Walmart sebesar 6,5% juga menjalar ke saham ritel lainnya, dengan Target dan Costco masing-masing turun 2,0% dan 2,6%.

Selain itu, laporan Walmart memberikan gambaran tentang bagaimana perusahaan menghadapi kebijakan tarif baru dari pemerintahan Donald Trump, yang kini diperluas mencakup kayu, otomotif, semikonduktor, dan farmasi.

"Tak mungkin membahas ketidakpastian tanpa menyebut tarif. Itu selalu menjadi isu besar," kata kepala riset Horizon Investments Mike Dickson.

Data ekonomi terbaru, seperti klaim tunjangan pengangguran dan aktivitas manufaktur di kawasan Atlantik, menunjukkan fundamental ekonomi AS masih kuat.

Namun, sejumlah ekonom mengkhawatirkan potensi guncangan di pasar tenaga kerja setelah ribuan pegawai federal diberhentikan oleh Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang dikendalikan miliarder Elon Musk.

Di antara saham-saham lain, saham Palantir Technologies turun 5,2% setelah Pentagon mengumumkan rencana pemangkasan anggaran untuk tahun fiskal 2026.

Sementara itu, saham Alibaba yang terdaftar di AS melonjak 8,1% setelah perusahaan e-commerce asal China tersebut melaporkan pendapatan kuartal III/2024 yang melebihi ekspektasi pasar.

Hasbro melesat 13,0% setelah mencatatkan kinerja laba dan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan.

Di Wall Street, jumlah saham yang turun melampaui yang naik dengan rasio 1,13 banding 1. Nasdaq mencatatkan rasio penurunan lebih besar, yakni 1,69 banding 1.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 16,36 miliar saham, lebih tinggi dari rata-rata 15,57 miliar saham dalam 20 hari terakhir.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper