Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AUM Reksa Dana Berpeluang Naik di 2025, Ini Faktornya

Analis melihat adanya peluang kenaikan Asset Under Management (AUM) pada 2025, meski beberapa tahun terakhir dalam tren penurunan.
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) produk investasi reksa dana terpantau dalam tren penurunan selama beberapa tahun terakhir. Sepertinya tren itu akan berhenti tahun ini, analis melihat adanya peluang kenaikan AUM pada 2025.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), setidaknya AUM reksa dana konsisten turun sejak 2022. Tercatat, AUM reksa dana pada Desember 2022 sebesar Rp508,1 triliun, AUM Desember 2023 sebesar Rp504,9 triliun, dan AUM Desember 2024 sebesar Rp502,9 triliun.

Co-Founder dan Presiden Direktur Pinnacle Investment Guntur Putra mengatakan bahwa adanya peluang untuk dana kelolaan reksa dana untuk naik pada 2025, yang akan dipengaruhi oleh berbagai faktor.

"Terkait proyeksi AUM pada 2025, meskipun secara keseluruhan AUM mengalami penurunan sedikit pada 2024, ada peluang bagi AUM untuk naik pada 2025," katanya kepada Bisnis belum lama ini.

Dia mengatakan bahwa kenaikan AUM pada 2025 akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya dari pertumbuhan ekonomi.

"Apabila kondisi ekonomi Indonesia dan global membaik, tentunya optimistis pasar kembali meningkat, dan investor mulai kembali tertarik pada reksa dana," ujarnya.

Menurutnya, penurunan tingkat suku bunga The Fed juga dapat menjadi katalis positif bagi reksa dana. Apabila The Fed dan Bank Indonesia (BI) atau bank sentral di negara lain menurunkan suku bunga, maka reksa dana bisa menjadi alternatif yang lebih menarik bagi investor.

Sementara itu untuk penurunan AUM reksa dana pada 2024, dia mengungkap bahwa penurunannya tidak terbilang signifikan, dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. 

"Minat investor tentunya akan mempengaruhi net redemption maupun dari market movement underlying portfolio di dalam reksa dana," ucapnya.

Lebih lanjut, dia mengungkap bahwa faktor-faktor tersebut juga dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global dan domesti. Beberapa di antaranya ketegangan geopolitik, inflasi global, dan kebijakan moneter, seperti kebijakan suku bunga tinggi oleh Bank Sentral AS, dapat mempengaruhi daya tarik investasi reksa dana. 

Lalu di samping itu, menurutnya kinerja pasar modal termasuk pasar saham Indonesia dan global yang mengalami fluktuasi atau penurunan, turut berdampak pada nilai AUM.

Kemudian, terdapat  perubahan preferensi investor yang sebelumnya memilih reksa dana sebagai instrumen investasi bisa jadi beralih ke produk lainnya atau produk investasi alternatif di luar pasar modal.

Namun, Guntur melihat investor yang lebih sadar akan investasi berbasis jangka panjang akan terus mendorong pertumbuhan industri reksa dana ke depan.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper