Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ikuti BBRI-BBNI, Bank Mandiri (BMRI) Mau Buyback Saham Rp1,17 Triliun

Emiten bank jumbo PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) berencana melakukan buyback saham Rp1,17 triliun.
Karyawan beraktivitas di kantor cabang PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), Jakarta, belum lama ini. Bisnis/Abdurachman
Karyawan beraktivitas di kantor cabang PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), Jakarta, belum lama ini. Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten bank jumbo PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) berencana untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) dengan nilai Rp1,17 triliun. Buyback dilakukan sebagai upaya memperkuat keyakinan terhadap nilai jangka panjang dan prospek saham yang dimiliki perseroan.

Berdasarkan keterbukaan informasi, Manajemen BMRI menjelaskan bahwa perseroan memiliki rencana untuk melakukan buyback saham yang telah dikeluarkan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) beserta rencana pengalihan saham hasil buyback sesuai peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Jumlah nilai keseluruhan buyback diperkirakan sebesar-sebesarnya Rp1,17 triliun. Dana untuk buyback berasal dari kas internal perseroan, termasuk biaya pembelian kembali saham, komisi pedagang perantara, serta biaya lain berkaitan dengan buyback.

Buyback dapat dilakukan melalui BEI maupun di luar BEI, baik secara bertahap maupun sekaligus, dan diselesaikan paling lambat 12 bulan setelah tanggal Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang menyetujui buyback.

Adapun, RUPS terkait buyback akan digelar BMRI pada 25 Maret 2025. Kemudian, perkiraan jadwal periode buyback yakni pada 26 Maret 2025 hingga 25 Maret 2026.

Manajemen BMRI menjelaskan pelaksanaan buyback akan memperhatikan kondisi likuiditas dan permodalan perseroan, serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perseroan tidak melakukan buyback jika akan mengakibatkan berkurangnya jumlah saham pada suatu tingkat tertentu yang dapat mengurangi secara signifikan likuiditas saham di BEI.

Manajemen BMRI juga menjelaskan melalui program buyback, perusahaan bertujuan untuk memperkuat keyakinan terhadap nilai jangka panjang dan prospek saham yang dimiliki perseroan. 

"Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan antara kondisi pasar dan fundamental perseroan, serta menjaga kepercayaan para pemangku kepentingan dalam usaha perseroan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan," tulis Manajemen BMRI di keterbukaan informasi pada Jumat (14/2/2025).

Lebih lanjut, tujuan lain dari buyback adalah pengalihan saham hasil buyback untuk pelaksanaan program kepemilikan saham bagi pegawai dalam rangka mendorong engagement terhadap keberlanjutan peningkatan kinerja perseroan.

Seiring dengan rencana buyback, kinerja saham BMRI pada awal tahun ini lesu. Harga saham BMRI memang menguat 1,99% ke level Rp5.125 per lembar pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (14/2/2025). Namun, harga saham BMRI telah menyusut 10,09% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Sebelumnya, emiten bank jumbo lainnya yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) serta PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) juga berencana mengeksekusi buyback saham dengan terlebih dahulu meminta restu pada RUPS.

Corporate Secretary BBNI Okki Rushartomo dalam keterangan resminya menjelaskan alasan BNI melakukan buyback. Dia mengatakan pada 10 bulan pertama 2024, saham BBNI menunjukkan pertumbuhan positif secara tahunan seiring kinerja fundamental yang meningkat.

Namun, memasuki akhir 2024, terutama tekanan mulai terjadi pada saham BBNI. Hal itu terjadi lantaran adanya sentimen negatif pasca hasil pemilu di Amerika Serikat (AS) pada November 2024 yang juga memberikan tekanan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).

"Tekanan pada saham BBNI juga mulai terasa sebagai dampak concern investor atas kondisi ketidakstabilan geopolitik dan kondisi makro ekonomi Indonesia seputar kondisi likuiditas dan pelemahan kurs," tulisnya dalam pengumuman.

Alhasil, buyback pun dimaksudkan untuk membantu mengurangi tekanan jual di pasar saat indeks harga saham yang sedang berfluktuasi, sekaligus memberi indikasi kepada investor bahwa perusahaan memandang harga saham saat ini tidak mencerminkan fundamental perusahaan.

Okki menjelaskan untuk buyback saham, BBNI menggukan arus kas bebas. Hal itu tidak berdampak pada operasional perseroan sehingga laba rugi diperkirakan masih sejalan dengan target. 

Buyback saham BBNI, lanjutnya, tidak akan berdampak negatif terhadap kegiatan usaha perseroan mengingat BNI punya modal dan cash flow yang cukup untuk melakukan transaksi dan melaksanakan fungsi intermediasi.

Dalam pengumumannya, Manajemen BBRI juga memastikan bahwa pelaksanaan buyback akan memperhatikan kondisi likuiditas dan permodalan perseroan, serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sementara, Direktur Utama BRI Sunarso menyampaikan rencana buyback tersebut di tengah performa saham BBRI yang cenderung mengalami koreksi dalam beberapa waktu terakhir. "Buyback [saham] nanti kami usulkan di RUPS," katanya saat ditemui selepas acara BRI Microfinance Outlook pada bulan lalu (30/1/2025).

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper