Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia dibuka menguat pada Jumat (12/2/2025) karena pasar bereaksi positif terhadap tanda-tanda tarif timbal balik AS mungkin akan berlaku dalam beberapa minggu lagi, meningkatkan prospek negosiasi.
Mengutip Bloomberg, indeks Topix Jepang terpantau naik 0,16% ke level 2.770,04, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,34% ke level 2.591,87.
Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia dibuka menguat 0,24% pada level 8.560,10. Adapun, indeks Hang Seng Futures terpantau menguat 0,4%.
Pergerakan pasar dipengaruhi oleh keputusan Presiden AS Donald Trump yang memerintahkan untuk mengkaji penerapan tarif timbal balik pada sejumlah mitra dagang, dengan menunjuk Jepang dan Korea Selatan sebagai negara yang menurutnya mengambil keuntungan dari AS.
Namun, investor tampaknya merasa lega dengan jadwal proses tersebut, yang melibatkan usulan pungutan berdasarkan negara per negara. Howard Lutnick, calon Trump untuk memimpin Departemen Perdagangan, mengatakan kepada wartawan bahwa pekerjaan tersebut dapat memakan waktu hingga April untuk diselesaikan.
“Presiden Trump berupaya untuk menyamakan kedudukan global dengan menerapkan tarif timbal balik terhadap negara-negara yang mempertahankan pungutan terhadap AS,” kata Jose Torres dari Interactive Brokers.
Namun, dia menyebut investor mulai menyadari bahwa banyak pembicaraan tidak akan membuahkan hasil karena retorika yang semakin tampak sebagai taktik negosiasi.
Trump juga mengatakan akan membahas pembelian minyak dan gas AS oleh India dengan Perdana Menteri India Narendra Modi yang sedang berkunjung. Pertemuan tersebut dibayangi oleh pengumuman tarif timbal balik beberapa jam sebelum Modi tiba di Gedung Putih.
Di Asia, perusahaan ekuitas swasta yang berbasis di AS KKR & Co. sedang mempertimbangkan untuk berinvestasi di Nissan Motor Co. setelah pembicaraan produsen mobil Jepang yang sedang kesulitan itu untuk bergabung dengan pesaingnya Honda Motor Co. gagal.
Investor akan menanti beberapa data yang akan dirilis di Asia pada hari ini. Data-data tersebut mencakup pengangguran di Korea Selatan, produk domestik bruto untuk Malaysia, dan harga grosir untuk India.