Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emisi Obligasi Korporasi Berpotensi Capai Rp155,43 Triliun pada 2025

Pefindo memproyeksi penerbitan surat utang korporasi 2025 akan berkisar Rp139,29 triliun hingga Rp155,43 triliun pada 2025.
Logo PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Dok Linkedin
Logo PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Dok Linkedin

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan penerbitan surat utang korporasi pada 2025  akan berkisar Rp139,29 triliun hingga Rp155,43 triliun, dengan titik tengah Rp143,91 triliun.

Hingga Januari 2025, Pefindo mencatat penerbitan surat utang korporasi sudah mencapai Rp8,6 triliun. Penerbitan surat utang korporasi periode Januari 2025 tersebut naik apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6 triliun.

Pefindo sendiri melakukan pemeringkatan pada 78,7% surat utang korporasi yang diterbitkan selama periode Januari 2025. Berdasarkan proses pemeringkatan itu, tujuan penggunaan dana dari hasil penerbitan surat utang sebagian besar 36,4% untuk modal kerja dan 56,9% untuk refinancing.

Sementara itu, penerbitan obligasi korporasi secara keseluruhan periode Januari-Desember 2024 tercatat mencapai Rp149,7 triliun. Tahun lalu, emisi obligasi paling banyak berasal dari penerbitan obligasi korporasi dan sukuk dengan nilai mencapai Rp147,7 triliun, naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp127,5 triliun. 

Adapun Pefindo sendiri melakukan pemeringkatan pada 86,8% surat utang korporasi yang diterbitkan selama periode Januari-Desember 2024. Berdasarkan proses pemeringkatan itu, terlihat bahwa tujuan penggunaan dana dari hasil penerbitan surat utang sebagian besar 63,7% untuk modal kerja dan 26,4% untuk refinancing.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto mengatakan penerbitan surat utang korporasi pada 2025 menghadapi sejumlah peluang dan tantangan.

"Kebutuhan refinancing diperkirakan masih tinggi seiring dengan nilai surat utang jatuh tempo yang masih besar Rp161,21 triliun pasca tingginya penerbitan bertenor pendek pada 2024," katanya dalam Konferensi Pers Pefindo, pada Selasa (11/2/2025). 

Peluang penerbitan surat utang juga datang dari aktivitas sektor riil yang diperkirakan relatif menguat. Suhindarto menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi diperkirakan terdorong oleh kebijakan pemerintah yang lebih ekspansif, dengan inflasi yang diperkirakan masih terkendali.

Selain itu, peluang juga datang dari suku bunga acuan yang lebih rendah sejalan dengan ekspektasi berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter.

Selanjutnya, likuiditas lembaga keuangan yang semakin ketat dan potensi pertumbuhan permintaan bisnis mendorong perusahaan mencari alternatif dana dengan tenor lebih panjang daripada pinjaman perbankan, seperti obligasi korporasi, untuk mendukung asset-liability keuangan.

Kemudian, dia mengungkap bahwa premi juga diperkirakan relatif melandai, seiring dengan leverage keuangan yang membaik akibat suku bunga yang relatif lebih rendah.

Sementara itu, Suhindarto juga menjelaskan sejumlah tantangan yang dihadapi, di antaranya dari risiko geopolitik yang diperkirakan masih tinggi seiring dengan perang yang masih berlanjut, membuat pasar lebih volatil dan premi yang lebih besar.

Selain itu, tantangan lainnya dari potensi fluktuasi nilai tukar seiring dengan kemungkinan pelonggaran moneter di AS yang lebih lambat dan terdivergensi dengan negara maju lainnya.

Menurutnya, tantangan juga datang dari yield yang cenderung sulit untuk turun seiring dengan rencana penerbitan surat utang pemerintah yang akan lebih besar pada 2025.

"Persaingan dari instrumen substitusi seperti SRBI dan SUN, akan dapat membayangi dan membuat penyerapan penerbitan masih kurang maksimal," ujarnya.

Sementara itu, dia mengatakan tantangan lainnya dari investor utama yang cenderung menghindari peringkat tertentu atau BBB ke bawah, dan sektor tertentu, membuat risiko penerbitan dari peringkat dan sektor tersebut terbatasi.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper