Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Pekerjaan AS Positif, Bursa Asia Melemah Pada Awal Pekan

Bursa Asia terpantau mengalami penurunan pada awal perdagangan Senin (13/1/2025) setelah data pekerjaan AS yang kuat.
Papan saham elektronik menampilkan Nikkei 225 Stock Average di salah satu perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 5 Agustus 2024./Bloomberg-Noriko Hayashi
Papan saham elektronik menampilkan Nikkei 225 Stock Average di salah satu perusahaan sekuritas di Tokyo, Jepang, Senin, 5 Agustus 2024./Bloomberg-Noriko Hayashi

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia terpantau mengalami penurunan pada awal perdagangan Senin (13/1/2025) setelah data pekerjaan AS yang kuat menyebabkan para trader kembali mempertimbangkan potensi pemangkasan suku bunga Federal Reserve.

Mengutip Bloomberg, indeks saham Hang Seng Futures Hong Kong melemah 0,8% dan S&P/ASX 200 Australia merosot lebih dari 1%. Selanjutnya, indeks Kospi Korea Selatan juga terpantau Turun 0,52%. 

Pelemahan tersebut menunjukkan tekanan lebih lanjut pada bursa saham kawasan Asia yang telah turun dalam tiga sesi sebelumnya. Adapun, pasar saham Jepang tutup pada Senin karena libur.

Di Wall Street, kontrak berjangka S&P 500 futures turun 0,1% setelah indeks utama S&P 500 turun 1,5% pada perdagangan Jumat (10/1/2025) pekan lalu. Sementara itu, Nasdaq 100 turun 1,6% setelah laporan data pekerjaan AS.

Investor akan mengalihkan fokus mereka ke tanda-tanda inflasi AS dalam data yang akan dirilis minggu ini, dengan laporan indeks harga konsumen yang dirilis pada hari Rabu. Mereka juga akan mencermati ekspektasi inflasi satu tahun dari New York Fed yang akan dirilis pada Senin, harga produsen pada Selasa (14/1/2025), dan klaim pengangguran pada Kamis (16/1/2025).

Data tersebut akan memberikan kejelasan lebih lanjut tentang ekonomi AS setelah angka penggajian nonpertanian yang melonjak pada Jumat pekan lalu. Ketenagakerjaan AS pada bulan Desember meningkat paling pesat dalam 9 bulan dan tingkat pengangguran secara tak terduga turun.

Data tersebut mendukung gagasan bahwa suku bunga AS mungkin tetap sama di masa mendatang. Prospek tersebut disarankan oleh segelintir pejabat The Fed selama seminggu terakhir.

Menyusul data pekerjaan tersebut, para ekonom di beberapa bank besar merevisi perkiraan mereka untuk tambahan pemotongan suku bunga Fed. Bank of America Corp. tidak lagi memperkirakan penurunan suku bunga dan mengatakan ada risiko langkah selanjutnya adalah kenaikan suku bunga. Sebelumnya, Bank of America Corp memperkirakan dua kali penurunan suku bunga sebesar seperempat poin tahun ini.

Sementara itu, Citigroup Inc. masih mengharapkan penurunan suku bunga lima seperempat poin, tetapi mengatakan penurunan suku bunga akan dimulai pada Mei. Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan dua penurunan suku bunga tahun ini dibandingkan tiga.

"Investor mungkin ingin mempersiapkan diri untuk lebih banyak volatilitas karena pasar mengkalibrasi ulang ekspektasi untuk lebih sedikit penurunan suku bunga," kata Gina Bolvin dari Bolvin Wealth Management Group.

Pergerakan Obligasi dan Mata Uang

Obligasi AS (US Treasury) dengan imbal hasil 10 tahun ditutup tujuh basis poin lebih tinggi pada 4,76%. Level yang kembali disentuh sejak 2023.

Imbal hasil obligasi Australia dan Selandia Baru juga terpantau naik pada awal pekan ini. Mata uang dolar AS diperdagangkan dalam kisaran ketat setelah menguat terhadap sebagian besar mata uang utama pada Jumat pekan lalu, mendorong indeks kekuatan greenback ke level tertinggi dua tahun. 

Adapun, mata uang yen menjadi anomali karena bangkit kembali dari penurunan terhadap dolar AS menyusul tanda-tanda bahwa pejabat Bank of Japan kemungkinan akan membahas peningkatan prospek inflasi mereka pada pertemuan kebijakan akhir Januari.

Di tempat lain, pedagang opsi bersiap menghadapi pound yang akan jatuh hingga 8% lebih karena kesulitan fiskal yang memicu aksi jual yang menyakitkan di seluruh pasar Inggris minggu lalu membebani mata uang tersebut.

Aksi jual saham dan menguatnya kembali nilai tukar dolar AS mencerminkan kehati-hatian yang telah menandai minggu-minggu pembukaan tahun ini karena para pedagang tetap tidak yakin mengenai laju pemangkasan suku bunga Federal Reserve dan inflasi.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 1,7% pada Senin pagi setelah menyentuh level tertinggi tiga bulan pada Jumat karena AS meningkatkan sanksi terhadap Rusia, menambah serangkaian perkembangan positif yang telah mendorong minyak mentah ke awal yang kuat pada 2025.

Di Asia, data yang akan dirilis pada Senin mencakup data perdagangan Desember untuk Tiongkok dan inflasi untuk India. Angka terpisah tentang pasokan uang Tiongkok pada bulan Desember juga dapat dirilis kapan saja hingga 15 Januari.

Data ekonomi China akan memberikan bukti lebih lanjut kepada investor tentang tantangan yang dihadapi ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Saham China menghadapi awal tahun terburuk sejak 2016 setelah jatuh lebih dari 5% dalam tujuh sesi perdagangan pertama 2025.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper