Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham di Asia diperkirakan melemah pada awal perdagangan pekan ini, Senin (13/1/2025). Data tenaga kerja AS yang kuat membuat pelaku pasar mempertimbangkan kembali proyeksi penurunan suku bunga Federal Reserve.
Melansir Bloomberg, bursa berjangka Australia dan Hong Kong melemah, mengindikasikan tekanan lebih lanjut pada indeks saham di kawasan ini yang telah turun dalam tiga sesi sebelumnya.
Pasar saham Jepang tidak membuka perdagangan hari ini karena libur nasional.
Pada akhir perdagangan pekan lalu, bursa saham AS setelah laporan tenaga kerja hari Jumat. Indeks S&P 500 turun 1,5% dan Nasdaq 100 terkoreksi 1,6%. Adapun imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun ditutup naik ke 4,76%, tertinggi sejak 2023.
Imbal hasil obligasi Australia dan Selandia Baru juga naik pada hari Senin. Dolar AS diperdagangkan dalam kisaran yang ketat setelah menguat terhadap sebagian besar mata uang utama pada hari Jumat, yang mendorong indeks dolar AS ke level tertinggi dalam dua tahun.
Di sisi lain, yen Jepang berhasil bangkit dari pelemahan terhadap dolar AS menyusul tanda-tanda bahwa para pejabat Bank of Japan kemungkinan akan mendiskusikan kenaikan proyeksi inflasi mereka pada pertemuan kebijakan Januari.
Baca Juga
Sejumlah data ekonomi dijadwalkan dirilis pada Senin di Asia, termasuk data neraca perdagangan China Desember 2024 dan inflasi India. Angka-angka terpisah mengenai jumlah uang beredar China bulan Desember juga akan dirilis pekan ini.
Data ekonomi China akan memberikan bukti lebih lanjut kepada para investor mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi oleh negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini.
Saham-saham China menghadapi awal tahun terburuk mereka sejak 2016 setelah turun lebih dari 5% dalam tujuh sesi perdagangan pertama tahun 2025.
Lapangan Kerja AS yang Kuat
Para investor akan mengalihkan fokus mereka ke tanda-tanda inflasi AS dalam data yang akan dirilis pekan ini, dengan laporan inflasi indeks harga konsumen (IHK) yang akan dirilis pada hari Rabu.
Mereka juga akan mengamati ekspektasi inflasi satu tahun The Fed New York yang akan dirilis pada hari Senin, indeks harga produsen pada Selasa, dan klaim pengangguran pada Kamis.
Data-data tersebut akan memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai ekonomi AS setelah angka nonfarm payroll yang melesat pada hari Jumat. Pasar tenaga kerja AS Desember 2024 meningkat paling tinggi dalam sembilan bulan terakhir, sedangkan tingkat pengangguran secara tak terduga turun.
Data ini mendukung ekspektasi bahwa suku bunga AS mungkin akan tetap dipertahankan di masa mendatang. Prospek ini juga disarankan oleh sejumlah pejabat the Fed selama seminggu terakhir.
Menyusul data pekerjaan pada hari Jumat, para ekonom di beberapa bank besar merevisi perkiraan mereka untuk penurunan suku bunga The Fed.
Bank of America Corp, yang sebelumnya memperkirakan dua penurunan suku bunga sebesar 25 bps poin tahun ini, tidak lagi memperkirakan penurunan suku bunga. Goldman Sachs Group Inc memperkirakan dua kali penurunan tahun ini, turun dari proyeksi sebelumnya sebanyak tiga kali.
Citigroup Inc, yang prospek penurunan suku bunganya termasuk yang paling diharapkan di Wall Street, masih memperkirakan penurunan suku bunga acuan, namun mengatakan bahwa penurunan tersebut akan dimulai pada bulan Mei.
“Para investor mungkin ingin mempersiapkan diri untuk menghadapi lebih banyak volatilitas karena pasar mengkalibrasi ulang ekspektasi untuk pemangkasan yang lebih sedikit,” kata Gina Bolvin dari Bolvin Wealth Management Group, seperti dikutip Bloomberg.