Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Faktor Pembatas Peluang January Effect di Pasar Saham pada 2025

Peluang terjadinya penguatan saham pada Januari atau January effect tidak akan terlalu agresif pada 2025.
Pengunjung berada di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/9/2024)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Pengunjung berada di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (12/9/2024)./JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Peluang terjadinya penguatan saham pada Januari atau January effect diperkirakan tidak akan terlalu agresif pada 2025.

Head of Markets and Securities Service HSBC Indonesia Ali Setiawan mengatakan January effect tidak terlalu agresif lantaran dana asing yang keluar akan terbatas (limited) pada tahun ini.

"Efek Januari menurut saya, tidak akan terlalu agresif pada 2025, karena dana asing yang keluar itu sangat limited pada tahun ini," katanya dalam acara Investment Outlook 2025 di Jakarta, Kamis (9/1/2025).

Dia mengatakan bahwa pergerakan dana investor asing tersebut selaras dengan rencana The Fed yang memangkas suku bunga.

"Saat The Fed cut rate pada Oktober-November 2024 baru mulai dana asing masuk ke Indonesia. Kalau sekarang kita melihat suku bunga masih di sini-sini saja, mungkin dana asing pun tidak akan deras," ujarnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa biasanya terjadi penguatan saham pada awal tahun bukan karena efek Januari tetapi karena pipeline untuk initial public offering (IPO) besar-besaran sudah terlihat pada tahun tersebut.

"Sehingga ekspektasinya, kalau ada pipeline IPO yang besar, maka itu akan mengerek pasar saham kita, sehingga ada impak yang positif," ucapnya.

Meski begitu, dia mengungkap bahwa pada tahun ini tidak terlihat ada IPO besar-besaran yang akan terjadi. Menurutnya, January effect tidak akan terjadi terlalu besar.

Untuk diketahui, January Effect merupakan kecenderungan terjadinya kenaikan harga saham pada Januari setelah periode liburan akhir tahun sejalan dengan aksi beli investor pada awal tahun.  

Sebelumnya, analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan bahwa Januari effect bisa terjadi, tetapi tidak bisa dipastikan akan maksimal atau tidak pada tahun ini.

January Effect merupakan kecenderungan terjadinya kenaikan harga saham pada Januari setelah periode liburan akhir tahun sejalan dengan aksi beli investor pada awal tahun.

"Mengingat Window Dressing pada 2024 tidak terjadi atau indeks tercatat negatif. Jadi tidak menutup kemungkinan January effect pada tahun ini bisa saja tidak terjadi atau jika terjadi maka tidak maksimal," katanya kepada Bisnis, Jumat (3/1/2024).

Dia menjelaskan bahwa hal itu disebabkan karena pelaku pasar khususnya asing berpotensi terjadi capital outflow sebagai antisipasi sentimen negatif dari eksternal seperti inflasi AS dan dampak dari kebijakan Donald Trump.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper