Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa agenda penguatan integritas pasar modal akan terus dilaksanakan pada 2025, termasuk pelindungan terhadap investor ritel.
Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK, mengatakan untuk merealisasikan ruang dan potensi pertumbuhan pasar modal yang masih sangat besar diperlukan perkuatan ekosistem pasar modal Indonesia.
“Sehingga peningkatan aspek integritas pasar yang menjadi landasan utama well functioning and efficient capital market,” ujarnya dalam pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia 2025 di Gedung BEI, Kamis (2/1/2025).
Untuk memperkuat ekosistem pasar modal Indonesia, Mahendra memaparkan sejumlah program prioritas pada 2025. Program itu berfokus pada penguatan dan pengembangan pasar modal melalui peningkatan kualitas dan kuantitas perusahaan tercatat, pengembangan produk, infrastruktur, dan layanan baru, serta penguatan anggota bursa (AB) dan manajer investasi.
“Di samping pengembangan dan penguatan pasar modal di atas, penguatan integritas pasar akan terus dilakukan melalui penegakan hukum yang tegas dan konsisten, terutama untuk melindungi investor ritel dari saham-saham dengan pergerakan yang tidak wajar,” tegas Mahendra.
Hingga akhir 2024, OJK mencatat total investor pasar modal sebanyak 14,8 juta single investor identification (SID). Jumlah itu termasuk sekitar 6,3 juta investor saham.
Pada 2024, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup turun 2,65% ke level 7.079 pada Senin (30/12/2024). Meski begitu, sekitar 50 saham mampu mencetak kenaikan harga lebih dari 100% pada tahun lalu.
Bahkan, harga tiga saham mampu meroket lebih dari 1.000%. Berdasarkan data Bloomberg, tiga saham paling moncer pada tahun ini ialah saham PT ICTSI Jasa Prima Tbk. (KARW), PT Fortune Indonesia Tbk. (FORU), dan PT Multipolar Technology Tbk. (MLPT). Sepanjang 2024, saham KARW terbang 4.360% ke level Rp2.230 per saham hingga Senin (30/12/2024).
Sementara itu, saham FORU meroket 2.610,14% sepanjang 2024 ke level Rp3.740 dan saham MLPT melonjak 1.250,09% ke posisi Rp18.500 per saham.
Pada perkembangan lain, BEI mengumumkan penghapusan pencatatan efek atau delisting terhadap delapan perusahaan tercatat akibat putusan pailit hingga suspensi berkepanjangan.
Delapan perusahaan tersebut ialah PT Mas Murni Indonesia Tbk. (MAMI), PT Forza Land Indonesia Tbk. (FORZ), PT Hanson International Tbk. (MYRX), PT Grand Kartech Tbk (KRAH), dan PT Cottonindo Ariesta Tbk. (KPAS), PT Steadfast Marine Tbk. (KPAL), PT Prima Alloy Steel Universal Tbk. (PRAS), dan PT Nipress Tbk (NIPS). Adapun, delisting akan efektif pada 21 Juli 2025.