Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Distributor Antangin (SDPC) Yakin Tumbuh 15% Hingga Akhir 2024

Emiten distributor farmasi, PT Millennium Pharmacon International Tbk. (SDPC) yakin dapat mempertahankan kinerja pertumbuhan rata-rata double digit tahun ini.
Direktur Utama SDPC Ahmad bin Abu Bakar saat memberikan paparan publik, Selasa (10/12/2024)./Istimewa
Direktur Utama SDPC Ahmad bin Abu Bakar saat memberikan paparan publik, Selasa (10/12/2024)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten distributor farmasi, PT Millennium Pharmacon International Tbk. menargetkan pertumbuhan penjualan 15% hingga akhir tahun. Perseroan juga menambah sejumlah cabang baru.

Emiten berkode SDPC ini mencatat pertumbuhan tahunan rata-rata atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) penjualan yang konsisten 10,4% sejak 2015. Adapun, penjualan SDPC tercatat Rp2,92 triliun per kuartal III/2024 tumbuh 20% secara tahunan (Year-on-year/YoY). Dengan EBITDA Rp97,1 miliar dan laba setelah pajak sebesar Rp20 miliar.

Dari segi aset, total aset yang dimiliki sebesar Rp1,78 triliun per kuartal III/2024 tumbuh dari akhir tahun 2023 sebesar Rp1,63 triliun. Sedangkan, posisi liabilitas meningkat menjadi Rp1,48 triliun dari posisi 2023 sebesar Rp1,36 triliun.

Adapun, ekuitas SDPC tercatat sebesar Rp295 miliar per September 2024 tumbuh dari Rp277 miliar pada 2023. Belanja modal yang sudah keluar hingga September 2023 yakni sebesar Rp4,6 miliar.

Direktur Millennium Pharmacon International Mohamad Fazly bin Hassan menilai akan sedikit terjadi penyesuaian penjualan pada kuartal IV/2024. Kendati demikian, perseroan cukup optimistis kinerjanya tetap bertumbuh double digit.

"Hingga akhir tahun 2024 perusahaan masih tetap target penjualan di atas 15% dibandingkan dengan tahun 2023. Untuk target laba usaha, target laba usaha dari perusahaan di tahun 2024 masih sesuai dengan target perusahaan akan lebih baik daripada tahun 2023," jelasnya dalam paparan publik virtual, Selasa (10/12/2024).

Perseroan telah menambah 1 kerja sama principal pemilik obat yakni PT Kino Indonesia Tbk., sehingga principal yang bekerja sama lebih dari 30 principal yang memproduksi berbagai produk berkualitas dari berbagai segmen produk. Penambahan prinsipal Kino mencakup distribusi produk-produk unggulannya seperti balsem Cap Kaki Tiga, Q-Life Menstrual Care, dan produk lainnya yang memiliki reputasi tinggi di pasar.

Kini, perseroan baru saja menambah 3 cabang di Purwakarta, Mataram, dan Pematang Siantar, serta pergeseran cabang Manado. Dengan begitu, SDPC kini memiliki 36 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dengan rencana penambahan satu cabang baru di Sulawesi. Saat ini SDPC memiliki 1 kantor utama dan 1 pergudangan utama di kawasan Bintara, Bekasi seluas 10.000m2.

Dari segi segmen penjualan, SDPC masih mengandalkan segmen produk obat resep sebesar 70%, peralatan medis 25%, dan non obat resep 5%. Sementara itu, dari segmen konsumen, mayoritas masih berasal dari rumah sakit swasta 31%, rumah sakit pemerintah 27%, farmasi 27%, PBF 7%, supermarket 4%, dan lainnya 4%.

Salah satu andalan baru SDPC yakni anak usaha PT Digital Pharma Andalan Indonesia (DPAI) yang berdiri sejak 2023, dengan kepemilikan PT MPI sebesar 99%. OLIN (Sistem Manajemen Apotek All-in-One) adalah aplikasi yang bertujuan untuk membantu apotek dan toko obat mengelola operasi mereka sehari-hari.

OLIN kini telah dimanfaatkan oleh jaringan Good Doctor Indonesia serta bekerja sama dengan Bank Mandiri dalam rangka pembiayaan kredit para outlet. OLIN juga berhasil terintegrasi dengan platform besar seperti SatuSehat, Blibli, dan Tokopedia.

Sistem digital ini membantu distribusi dengan sistem pembayaran yang fleksibel; pembaruan inventaris otomatis mulai dari pengisian ulang, penjualan, & kedaluwarsa; pemenuhan pesanan on-site & multi-platform online; pelacakan proses bisnis terpusat untuk analisis.

Direktur Utama Millennium Pharmacon International Ahmad bin Abu Bakar menerangkan berhasil mempertahankan Customer Satisfaction Index (CSI) di atas 90% dari pelanggan dan mitra prinsipal.

"Hal ini mencerminkan komitmen kuat perusahaan dalam memberikan layanan berkualitas tinggi dan memenuhi harapan semua pihak yang terlibat," jelasnya.

Selanjutnya, SDPC menyiapkan rencana keberlanjutan demi menghadapi tantangan ke depan. Setidaknya, ada 7 strategi utama dalam pengembangan SDPC. Pertama, pengembangan bisnis existing dengan memeperkuat dan mengoptimalkan kinerja bisnis dengan principal yang ada.

Kedua, penambahan prinsipal baru, peningkatan diversifikasi produk melalui principal baru. Fokusnya pada produk over the counter (OTC), alkes, dan consumer goods. Ketiga, pembukaan cabang baru, memperluas jaringan distribusi dengan fokus daerah timur Indonesia seperti Kota Palu pada 2025.

"Salah satu langkah konkret kami adalah berencana dan pembukaan cabang di kota Palu 2025. Pembukaan cabang ini diharapkan dapat memperkuatkan jaringan bisnis kami di daerah yang memiliki potensi pasar yang besar serta meningkatkan aksesibilitas produk kami ke kota," jelasnya.

Menurutnya, Palu dipilih berdasarkan sejumlah pertimbangan mulai dari prospek pertumbuhan wilayah, hingga permintaan para principal.

Keempat, peningkatan digitalisasi, mendorong OLIN untuk peningkatan kontribusi kepada MPI. Kelima, peningkatan infrastruktur dengan ekspansi infrastruktur gudang pusat dan kantor cabang melalui pembelian lahan dan gedung seluas hampir 10.000 m2 di Bintara.

Keenam, pengembangan layanan bisnis melalui pembentukan tim penjualan dan pemasaran demi meningkatkan profitabilitas dengan kendali penuh atas permintaan produk. Ketujuh, melakukan fundraising, demi mengurangi beban dan biaya finansial operasi bisnis.

Dalam 5 tahun ke depan, SDPC melihat setidaknya ada potensi penambahan 7 cabang baru di wilayah timur Indonesia.

Adapun, manajemen memperkirakan pertumbuhan penjualan mencapai 15% sepanjang tahun ini dengan kinerja per September 2024 yang tumbuh 20%. Sedangkan dari sisi earning per share (EPS), manajemen mengharapkan ada peningkatan berkisar 2%. Sementara itu, dividend payout ratio diperkirakan mencapai 15% pada akhir tahun ini, dari realisasi 2023 yang sebesar 9,63%.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper