Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Menanti Pertemuan OPEC+, Harga Minyak Dunia Melemah

Investor berada dalam kondisi wait and see jelang pertemuan OPEC+, membuat harga minyak global masih turun tipis.
Logo Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan bendera sejumlah negara di lokasi 8th OPEC International Seminar, Wina, Austria pada Rabu (5/7/2023). / Bloomberg-Andrey Rudakov
Logo Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan bendera sejumlah negara di lokasi 8th OPEC International Seminar, Wina, Austria pada Rabu (5/7/2023). / Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak terpantau turun tipis di tengah sinyal pasar yang beragam pada perdagangan Selasa (3/12/2024). Sementara itu, para pedagang menunggu hasil pertemuan OPEC+ pada pekan ini.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 9 sen, atau 0,13%, menjadi US$71,74 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 14 sen, atau 0,21%, menjadi US$67,96. Harga minyak di kedua sisi Atlantik turun lebih dari 3% minggu lalu.

"Investor berada dalam mode tunggu dan lihat menjelang pertemuan OPEC+," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, dilansir dari Reuters.

Sumber dari kelompok produsen mengatakan akan memperpanjang putaran pemotongan produksi terbarunya hingga akhir kuartal pertama pada pertemuannya tanggal 5 Desember. OPEC+, yang mengelompokkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu seperti Rusia, telah bertujuan untuk mengakhiri pemotongan pada kuartal I/2025.

Namun demikian, prospek surplus pasokan telah membebani harga. Adapun, OPEC+ memproduksi sekitar setengah dari total minyak dunia.

Permintaan minyak China diperkirakan akan mencapai puncaknya tahun depan, kata para peneliti dan analis, yang semakin memperparah kesenjangan antara permintaan dan pasokan.

Arab Saudi diperkirakan akan memangkas harga minyak mentah untuk pembeli Asia ke level terendah dalam setidaknya empat tahun, kata para pedagang.

Kekhawatiran bahwa Federal Reserve AS tidak akan memangkas suku bunga pada pertemuan Desember juga telah membatasi harga minyak, mengimbangi beberapa sinyal positif dari China di mana indeks manufaktur naik ke level tertinggi tujuh bulan pada November.

Gubernur Federal Reserve Christopher Waller, yang pandangannya sering menjadi penentu kebijakan moneter AS, mengatakan bahwa dia cenderung mendukung pemotongan suku bunga lagi bulan ini.

Tetapi, Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic menyatakan bahwa the Fed masih perlu mempertimbangkan data pekerjaan yang akan datang.

Di Timur Tengah, lubang terus muncul dalam gencatan senjata Israel dan Hizbullah, dengan sembilan orang tewas dalam serangan terhadap dua kota di Lebanon selatan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper