Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Melandai, Ini Efeknya ke Pasar Saham Indonesia

Analis menilai dampak inflasi yang melandai di dalam negeri berdampak minim terhadap pasar saham.
Investor mengamati pergerakan harga saham di Tangerang Selatan, Banten, Minggu (10/11/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Investor mengamati pergerakan harga saham di Tangerang Selatan, Banten, Minggu (10/11/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Inflasi RI yang melandai diproyeksi menjadi sentimen makroekonomi yang berimbas positif terhadap pasar saham. Meski demikian, sentimen eksternal lebih kuat menekan laju IHSG. 

Tingkat inflasi Indonesia yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) per November 2024 mencapai 1,55% secara tahunan (year-on-year/YoY) atau melambat dari bulan sebelumnya sebesar 1,71%.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan rilis inflasi oleh BPS membuat kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) khususnya pada sesi I relatif menguat. Namun, sentimennya tidak signifikan atau menguat dalam keadaan terbatas.

Apabila inflasi Indonesia masih relatif stabil, lanjutnya, peluang untuk terjadi window dressing pada Desember ini seharusnya masih terbuka. 

"Sentimen terutama dari eksternal, kebijakan yang ditetapkan oleh The Fed pada Desember terkait peluang The Fed dalam menurunkan suku bunga acuan," ujarnya.

Dia menyatakan bahwa The Fed akan lebih cenderung memantau perkembangan data-data makroekonomi serta kebijakan Presiden AS Donald Trump ke depan. Menurutnya, terpilihnya Trump sebagai Presiden AS menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi kenaikan inflasi. Dia menjelaskan bahwa biasanya ketika inflasi global meningkat, inflasi Indonesia juga ikut meningkat.

Sementara itu, Nafan mengatakan bahwa inflasi yang melandai ini berimbas ke emiten sektor ritel. Menurutnya, emiten berbasis ritel akan dipengaruhi katalis positif, yakni dengan mendapatkan banyak benefit dari adanya peningkatan konsumsi domestik pada akhir tahun ini yang bertepatan dengan perayaan Natal dan Tahun Baru 2025.

"Sebenarnya kalau saya lihat dari kinerja-kinerja emiten ritel ini masih ada prospeknya. Kalau terkait dengan potensi peningkatan permintaan domestik, konsumsi domestik, masih adanya potensi peningkatan konsumsi dan bisa berpotensi mendorong kinerja emiten sektor ritel," ucapnya.

Nafan menambahkan prospek kenaikan penjualan emiten peritel juga distimulasi oleh program diskon jelang Natal dan tahun baru yang memancing konsumsi domestik.

Menjelang akhir tahun, Mirae Asset Sekuritas merekomendasi saham yang dapat dicermati investor di antaranya, AKRA, ASII, BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BUKA, GOTO, ITMG, KLBF, MDKA, MEDC, PGAS, SMGR, TLKM, ULTJ, dan UNTR. Khusus untuk saham ritel, Nafan merekomendasikan saham ERAA dan ACES.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper