Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja jeblok sepanjang November 2024 imbas momentum kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS. Harga saham bank jumbo hingga PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) pun terseok-seok pada bulan ini.
Berdasarkan data RTI Business, IHSG ditutup melemah 1,19% pada perdagangan akhir bulan ini, Jumat (29/11/2024) ke level 7.114,26. IHSG pun ambrol 6,07% dalam sebulan perdagangan atau sepanjang November 2024. Adapun, sepanjang tahun ini hingga November 2024 (year to date/ytd), IHSG telah turun 2,18%.
Anjloknya IHSG pada November 2024 seiring dengan larinya dana asing dari pasar saham Indonesia. Tercatat, nilai jual bersih atau net sell asing dari pasar saham Indonesia mencapai Rp15,26 triliun sepanjang November 2024.
Pada perdagangan November 2024, sejumlah saham bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV juga tercatat ambrol. Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) misalnya ambrol 9,57% dalam sebulan perdagangan ke level Rp4.250.
Saham BBRI pun banyak dilego asing dengan catatan net sell asing mencapai Rp6,8 triliun sepanjang November 2024.
Lalu, PT Bank Mandiri Persero (BMRI) mencatatkan pelemahan harga saham 7,52% dalam sebulan ke Rp6.150. Tercatat, net sell asing BMRI mencapai Rp2,45 triliun dalam sebulan.
Baca Juga
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan penurunan harga saham 4,08% dalam sebulan ke Rp10.000 per lembar. Kemudian, net sell asing BBCA mencapai Rp3,13 triliun sepanjang November 2024.
Emiten dengan kapitalisasi pasar jumbo, ADRO juga mencatatkan kinerja saham yang jeblok 45,12% dalam sebulan ke Rp2.080 per lembar. Catatan net sell asing ADRO mencapai Rp1,26 triliun sepanjang November 2024.
Jebloknya IHSG pada November 2024 terjadi seiring dengan momentum kemenangan Trump dalam kontestasi Pilpres AS. Dilansir Bloomberg, kemenangan Trump membuat dolar AS yang menguat dan imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi. Kemudian, dana asing pun lari dari pasar negara berkembang seperti Indonesia.
“Apa yang awalnya menjadi pendorong utama bagi Asean, seperti dolar AS yang lebih rendah karena suku bunga dan inflasi yang lebih rendah, dalam beberapa bulan menjelang pemilihan AS telah berubah menjadi hambatan,” kata Head of Research di Valverde Investment Partners Pte. Niklas Olausson dikutip dari Bloomberg pada beberapa waktu lalu.
Olausson menambahkan, khusus Indonesia saat ini masih kekurangan katalis positif di level makro untuk bisa menarik kembali dana asing tersebut. Dia pun melihat pemerintah baru di Indonesia saat ini masih memerlukan waktu untuk implementasi sejumlah kebijakan.
Adapun, diharapkan beberapa kebijakan pemerintah bisa menarik kembali dana asing yang sempat keluar saat ini. "Tidak mengejutkan investor melakukan penyesuaian portofolio," ujarnya.
Sebelumnya, Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata juga mengatakan kemenangan Trump memang membawa pengaruh larinya dana asing dari emerging market. "Trump akan mengutamakan investasi dan pembangunan ke dalam negaranya sendiri," ujarnya.
Alhasil, menurutnya Indonesia harus lebih kompetitif untuk menjadi atraktif. "Di masa Trump pertama, FDI [foreign direct investment] Indonesia juga tidak meningkat signifikan, dibandingkan masa Biden," ujar Liza.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.