Bisnis.com, JAKARTA – Calon investor mulai melirik sederet aset yang dijajakan emiten BUMN Karya, seperti aset jalan tol, infrastruktur air, dan telekomunikasi.
Emiten BUMN Karya, yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) memang tengah gencar melepas sejumlah aset investasi guna memperkuat fundamental keuangan.
WIKA, misalnya, akan melepas aset investasi dengan kepemilikan minoritas antara lain Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) dan Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja).
Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya menuturkan perusahaan juga berencana menjual aset proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Jatiluhur di Bekasi Timur, Jawa Barat. Porsi saham WIKA dalam proyek ini mencapai 88,38%.
“Kita lihat nanti hasil [divestasi] yang kemungkinan bisa saja di akhir tahun ini atau kuartal pertama tahun 2025,” tutur Mahendra dalam paparan publik yang digelar secara daring pada Kamis (28/11/2024).
Adapun, Waskita juga berencana melanjutkan divestasi Tol Pemalang-Batang, Tol Cimanggis-Cibitung (CCT), dan Tol Pasuruan-Probolinggo (Paspro). Pelepasan aset tersebut akan berlangsung secara bertahap selama 2025 – 2027.
Baca Juga
Rudi Purnomo, Direktur Business Strategic, Portfolio and Human Capital Waskita Karya menyatakan bahwa sudah banyak investor yang melirik aset-aset tersebut.
“Saat ini, banyak sekali yang tertarik. Ini sedang kami siapkan karena masih ada beberapa pekerjaan yang akan diselesaikan,” tuturnya baru-baru ini.
Direktur Utama Waskita Karya Muhammad Hanugroho menambahkan aksi divestasi menjadi salah satu upaya perseroan dalam memenuhi kewajiban keuangan. Langkah ini juga sudah diproyeksikan dalam Master Restructuring Agreement (MRA).
Waskita belakangan memang gencar memacu investasi di sektor jalan tol. Sedikitnya, sudah ada lebih dari 800 kilometer jalan tol yang beroperasi hingga September 2024 yang berkontribusi sebesar 40% terhadap jalan tol operasional sejak 2016.
“Kami sudah melakukan restrukturisasi. Kalau saya bilang, ini yang kedua dan harapannya menjadi yang terakhir. Untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban yang ada, tentunya kami harus melepas sisa ruas tol yang kami miliki,” bebernya.
Sementara itu, PTPP berhasil melego salah satu asetnya yakni PT Ultra Mandiri Telekomunikasi. Perusahaan fiber optik yang bernaung di bawah PT PP Infrastruktur ini telah dilepas kepada salah satu emiten telekomunikasi.
Direktur Utama PTPP Novel Arsyad menyampaikan bahwa pihaknya telah menandatangani Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) dengan salah satu emiten telekomunikasi terkait divestasi tersebut.
“Untuk fiber sudah CSPA dan mungkin insyaallah finalnya di awal Desember,” ujar Novel saat ditemui di Gedung Kementerian BUMN, Selasa (19/11/2024).
PTPP sudah jauh-jauh hari menjajakan PT Ultra Mandiri Telekomunikasi. Langkah tersebut bertujuan mengurangi beban utang jangka panjang perusahaan yang mencapai Rp11,31 triliun hingga akhir September 2024.
Dihubungi terpisah, Head Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menuturkan bahwa divestasi memang menjadi opsi menarik untuk mendapatkan dana segar secara cepat, sekaligus dalam upaya mengurangi beban utang.
“Secara umum, investor merespons positif terhadap aksi divestasi jika dilakukan dengan tujuan yang jelas dan memberikan nilai tambah bagi perusahaan,” tuturnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.