Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilah-pilih Saham IPO, Mana yang Masih Boncos dan Sudah Cuan?

Sejumlah saham IPO terpantau mencatatkan kinerja boncos sejak pertama kali diperdagangkan di BEI. Namun, ada beberapa saham anyar yang meroket.
Pengunjung beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta./JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pengunjung beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta./JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Performa saham anyar di lantai bursa terpantau jeblok sejak sahamnya perdana diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Tak ayal, saham IPO biasanya memang belum memiliki fundamental yang belum kuat dan masih perlu membuktikan diri.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 22 November 2024, terdapat 39 perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada tahun ini dengan nilai pendanaan mencapai US$368 juta.

Angka tersebut tergolong sepi jika dibandingkan dengan tahun lalu, di mana terdapat 79 aksi IPO dengan dana terkumpul US$3,6 miliar.

Selain lesunya pasar IPO, deretan perusahaan yang IPO tahun ini mencatatkan kinerja harga saham yang jeblok. Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, terdapat 21 emiten yang IPO tahun ini mencatatkan kinerja saham anjlok.

PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk. (MPIX), misalnya, melantai di BEI pada Februari 2024 dengan harga IPO Rp268. Namun, harga saham MPIX terjerembab, dan ditutup pada perdagangan Jumat (22/11/2024) di level Rp64 per lembar. Harga saham MPIX ambrol 80,84% dibandingkan harga penutupan pada hari pertama melantai di BEI.

PT Indo American Seafoods Tbk. (ISEA) yang IPO pada Juli 2024 mencatatkan harga perdana Rp250. Namun, harga saham ISEA saat ini longsor ke level Rp77 atau turun 75,32%.

Begitupun dengan PT Bersama Mencapai Puncak Tbk. (BAIK) atau Ayam Goreng Nelongso yang mencatatkan kinerja saham ambrol 71,43% sepanjang melantai di Bursa atau sejak 15 Februari 2024. Kini, harga saham BAIK berada di level Rp60, padahal sebelumnya BAIK menawarkan harga IPO di level Rp278 per lembar.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan secara umum biasanya saham-saham IPO memang memiliki kualitas fundamental yang masih kurang kuat.

"Selain itu secara track record kinerja, biasanya mamang saham-saham IPO kurang stabil dan cenderung volatil," ujarnya kepada Bisnis, pekan lalu.

Meski begitu, masih terdapat 18 saham yang baru IPO tahun ini mencatatkan kinerja moncer. PT Remala Abadi Tbk. (DATA) yang baru IPO pada Mei 2024 misalnya mencatatkan kenaikan harga saham 157,94% sepanjang melantai di Bursa. Harga saham DATA naik ke level Rp650 pada perdagangan hari ini. DATA sendiri mematok harga IPO di level Rp188 per lembar.

Selain itu, harga saham PT Satu Visi Putra Tbk. (VISI) naik 98,69% sepanjang melantai di Bursa. PT Daaz Bara Lestari Tbk. (DAAZ) yang baru melantai di Bursa bulan ini pun mencatatkan kinerja moncer, melesat 277,27%.

Berdasarkan laporan Deloitte, tren IPO di Indonesia tahun ini banyak diwarnai oleh perusahaan-perusahaan yang lebih kecil. Adapun, lesunya tren IPO di Indonesia tahun ini terjadi seiring dengan momentum tahun politik, yakni gelaran Pemilu 2024. Selain itu, terdapat ketidakpastian yang diperburuk oleh hambatan pasar global. 

Capital Markets Advisor Deloitte Indonesia Jasmin Maranan menilai pasar modal di Indonesia pada tahun ini memang menunggu kejelasan lebih lanjut tentang kebijakan fiskal dan moneter di bawah pemerintahan baru.

Selain itu, pasar menunggu prospek ekonomi dan pertumbuhan domestik yang tetap positif, didorong oleh infrastruktur di era pemerintahan baru.

Meskipun demikian, tren IPO di Indonesia pada 2025 masih berpotensi tumbuh. Namun terdapat sejumlah catatan.

"Regulator pasar modal perlu mengambil langkah-langkah penting untuk lebih meningkatkan daya tarik dan likuiditas pasar dengan harapan dapat meningkatkan IPO pada 2025," ujar Jasmin dalam keterangan tertulis pada beberapa waktu lalu. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper