Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren IPO di Indonesia Sepi pada 2024, Bagaimana Proyeksi 2025?

Tren penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) di pasar modal Indonesia cenderung sepi di 2024. Apa penyebabnya?
Karyawan beraktivitas di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (21/10/2024)./ JIBI/Bisnis/Arief Hermawan
Karyawan beraktivitas di Main Hall PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (21/10/2024)./ JIBI/Bisnis/Arief Hermawan

Bisnis.com, JAKARTA — Sepanjang tahun berjalan pada tahun ini, tren penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) di pasar modal Indonesia cenderung sepi. Selain itu, masih banyak deretan emiten yang IPO pada tahun ini mencatatkan kinerja saham jeblok.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), telah terdapat 39 perusahaan yang IPO pada tahun ini dengan nilai pendanaan mencapai US$368 juta. Angka tersebut tergolong sepi jika dibandingkan dengan tahun lalu, di mana terdapat 79 aksi IPO dengan dana terkumpul US$3,6 miliar.

Berdasarkan laporan Deloitte, tren IPO di Indonesia tahun ini banyak diwarnai oleh perusahaan-perusahaan yang lebih kecil. Adapun, lesunya tren IPO di Indonesia tahun ini terjadi seiring dengan momentum tahun politik, yakni gelaran Pemilu 2024. Selain itu, terdapat ketidakpastian yang diperburuk oleh hambatan pasar global. 

Capital Markets Advisor, Deloitte Indonesia Jasmin Maranan menilai pasar modal di Indonesia pada tahun ini memang menunggu kejelasan lebih lanjut tentang kebijakan fiskal dan moneter di bawah pemerintahan baru.

Selain itu, pasar menunggu prospek ekonomi dan pertumbuhan domestik yang tetap positif, didorong oleh infrastruktur di era pemerintahan baru.

Meskipun demikian, tren IPO di Indonesia pada 2025 masih berpotensi tumbuh. Namun terdapat sejumlah catatan.

"Regulator pasar modal perlu mengambil langkah-langkah penting untuk lebih meningkatkan daya tarik dan likuiditas pasar dengan harapan dapat meningkatkan IPO pada 2025," ujar Jasmin dalam keterangan tertulis pada beberapa waktu lalu. 

Selain lesunya pasar IPO, banyak deretan perusahaan yang IPO tahun ini mencatatkan kinerja harga saham yang jeblok. Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, terdapat 21 emiten yang IPO tahun ini mencatatkan kinerja saham jeblok.

PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk.(MPIX) misalnya melantai di Bursa pada Februari 2024 di harga IPO Rp268. Namun, harga saham MPIX terjerembab, dan ditutup pada perdagangan hari ini, Jumat (22/11/2024) di level Rp64 per lembar. Harga saham MPIX ambrol 80,84% dibandingkan harga penutupan pada hari pertama melantai di Bursa.

PT Indo American Seafoods Tbk. (ISEA) yang melantai di Bursa pada Juli 2024 mencatatkan harga IPO Rp250. Namun, harga saham ISEA saat ini longsor ke level Rp77 atau turun 75,32%.

Begitupun dengan PT Bersama Mencapai Puncak Tbk. (BAIK) atau Ayam Goreng Nelongso yang mencatatkan kinerja saham ambrol 71,43% sepanjang melantai di Bursa atau sejak 15 Februari 2024. Kini, harga saham BAIK berada di level Rp60, padahal sebelumnya BAIK menawarkan harga IPO di level Rp278 per lembar.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan secara umum biasanya saham-saham IPO memang memiliki kualitas fundamental yang masih kurang kuat.

"Selain itu secara track record kinerja, biasanya mamang saham-saham IPO kurang stabil dan cenderung volatil," ujarnya kepada Bisnis.

Meski begitu, masih terdapat 18 saham yang baru IPO tahun ini mencatatkan kinerja moncer. PT Remala Abadi Tbk. (DATA) yang baru IPO padaMei 2024 misalnya mencatatkan kenaikan harga saham 157,94% sepanjang melantai di Bursa. Harga saham DATA naik ke level Rp650 pada perdagangan hari ini. DATA sendiri mematok harga IPO di level Rp188 per lembar.

Selain itu, harga saham PT Satu Visi Putra Tbk. (VISI) naik 98,69% sepanjang melantai di Bursa. PT Daaz Bara Lestari Tbk. (DAAZ) yang baru melantai di Bursa bulan ini pun mencatatkan kinerja moncer, melesat 277,27%.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper