Bisnis.com, JAKARTA – Stimulus di sektor properti memberikan harapan bagi kinerja emiten semen seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) yang sejauh ini mencatatkan penurunan laba bersih hingga kuartal III/2024.
Berdasarkan Laporan Keuangan per 30 September 2024, laba bersih dua emiten semen itu kompak terkoreksi secara tahunan. SMGR, misalnya, membukukan penurunan laba bersih sebesar 58,01% year on year (YoY) menjadi Rp719,72 miliar per kuartal III/2024.
Sementara itu, INTP mencatatkan laba bersih Rp1,05 triliun atau turun 16,68% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,26 triliun.
Corporate Secretary Indocement Dani Handajani mengatakan kondisi daya beli yang lemah masih memengaruhi permintaan semen, khususnya semen kantong. Di sisi lain, pasar semen curah tetap bisa mencatatkan pertumbuhan.
Kondisi tersebut membuat komposisi pasar semen curah lebih tinggi sebesar 30,7% sampai dengan September 2024, dibandingkan tahun lalu yakni 28,1%.
Di tengah tantangan saat ini, Dani menyatakan ada sederet faktor yang dianggap mampu mengungkit permintaan semen. Salah satunya dari perpanjangan diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 100% pembelian rumah hingga akhir 2024.
Baca Juga
Selain itu, ekspektasi suku bunga yang lebih rendah dan beberapa inisiatif terbaru dari pemerintah terkait program perumahan turut menyuntikan harapan bagi perusahaan.
“Dan, kemungkinan stimulus properti lebih lanjut akan mendorong lebih banyak permintaan semen di sektor properti,” ucap Dani melalui keterangan resmi perusahaan pada Selasa (5/11/2024).
Dalam kesempatan terpisah, Corporate Secretary Semen Indonesia Group (SIG) Vita Mahreyni menyatakan perseroan tengah membidik potensi pasar dari program 3 juta rumah per tahun yang diusung oleh Presiden Prabowo Subianto.
Menurutnya, program 3 juta rumah berpotensi mendongkrak permintaan semen yang secara simultan berkontribusi terhadap pertumbuhan kinerja perseroan. Adapun potensi lain juga datang dari keberlanjutan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sementara itu, dari pos pendapatan bersih, Indocement lebih beruntung dari SIG. Sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, pendapatan bersih INTP meraih pertumbuhan sebesar 3% secara tahunan menjadi Rp13,32 triliun.
Adapun SIG membukukan pendapatan bersih sebesar Rp26,29 triliun. Perolehan itu melemah 4,93% secara tahunan dari realisasi tahun lalu yakni Rp27,66 triliun.
___________________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.