Bisnis.com, JAKARTA — Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) akan meluncurkan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel seri terakhir pada tahun ini yakni Sukuk Tabungan seri ST013.
Sebelumnya, DJPPR telah resmi menutup penawaran SBN Ritel jenis Obligasi Negara Ritel (ORI) seri 026 (ORI026) pada Kamis (24/10/2024) pukul 10.00 WIB. Sepanjang masa penawaran ORI026 pada 30 September 2024 hingga 24 Oktober 2024, penjualan ORI026 tembus Rp19,35 triliun dari target kuota nasional Rp25 triliun.
ORI026 diterbitkan dalam dua seri, yaitu ORI026T3 tenor 3 tahun dengan kupon 6,3% dan ORI026T6 tenor 6 tahun dengan kupon 6,4%.
Mengacu data salah satu mitra distribusi PT Bareksa Marketplace Indonesia, penjualan ORI026 untuk seri ORI026T3 mencapai Rp16,31 triliun. Lalu, penjualan untuk ORI026 seri ORI026T6 mencapai Rp3,04 triliun. Data tersebut menunjukan bahwa minat investor lebih tinggi terhadap ORI026T3.
Setelah ORI026, DJPPR kemudian akan meluncurkan SBN Ritel jenis syariah yakni ST013. Berdasarkan jadwalnya, masa penawaran ST013 akan berlangsung pada 8 November 2024 hingga 4 Desember 2024.
Adapun, kupon atau imbal hasil dari ST013 akan diumumkan pada 5 November 2024. Kupon untuk ST013 ini akan bersifat mengambang dengan batas minimal alias floating with floor.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan ST013 merupakan SBN Ritel yang berbentuk tanpa warkat dan tidak dapat diperdagangkan (non-tradable). Alhasil, menurutnya, penjualan ST013 tidak akan seramai ORI026 atau ORI seri sebelumnya ORI025.
Dia memproyeksikan nilai penjualan ST013 mencapai Rp10 triliun sampai dengan Rp15 triliun.
"Namun, SBN ritel masih terus dalam proses pendalaman. Pasarnya pun semakin luas," ujarnya kepada Bisnis pada Jumat (25/10/2024).
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan performa obligasi ritel masih memiliki prospek yang baik, terutama ketika sentimen global membaik. Dia memproyeksikan realisasi obligasi ritel bisa mencapai Rp155 triliun hingga Rp175 triliun pada tahun ini, lebih tinggi dari 2023.