Bisnis.com, JAKARTA – PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) telah membukukan laba bersih sebesar Rp636,27 miliar hingga kuartal III/2024, melesat 416,76% atau lima kali lipat secara tahunan dibanding laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp123,12 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2024, BNBR mencatatkan penurunan pendapatan neto 11,58% year-on-year (YoY) menjadi Rp2,72 triliun dalam 9 bulan 2024. Pendapatan BNBR paling dominan berasal dari infrastruktur dan manufaktur sebesar Rp2,6 triliun pada kuartal III/2024, susut 12,79% YoY.
Meski begitu, keuntungan BNBR didorong oleh aksi korporasi berupa divestasi saham anak usaha perusahaan. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama & CEO Bakrie & Brothers Anindya Novyan Bakrie.
"Kenaikan net income secara signifikan sebagai dampak dari adanya pelepasan salah satu aset perseroan yang digunakan untuk penyelesaian utang,” katanya dalam keterangan tertulis pada Jumat (25/10/2024).
Dalam laporan keuangan dijelaskan, sampai dengan 30 September 2024, BNBR telah melepas 6,62 miliar (6.625.000.000) saham PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) untuk menyelesaikan sebagian utang kepada para kreditur. Seiring dengan pelepasan saham di VKTR, BNBR pun meraup keuntungan atas pelepasan saham neto sebesar Rp473,75 miliar.
Selain itu, BNBR mencatatkan penyusutan beban pokok pendapatan 16,16% YoY menjadi Rp2,06 triliun sepanjang Januari-September 2024. Adapun, BNBR mencatatkan penyusutan liabilitas 84,46% YoY menjadi Rp2,75 triliun per kuartal III/2024.
"Perseroan memiliki rasio utang yang lebih sehat, beban keuangan yang lebih ringan, dan arus kas yang lebih kuat,” kata Anin.
Dampak Kuasi Reorganisasi BNBR
Direktur Keuangan Bakrie & Brothers Roy Hendrajanto M. Sakti menambahkan saat ini postur neraca perseroan jauh lebih ramping dan sehat seiring dengan sekian tahun proses restrukturisasi yang berlangsung.
BNBR juga menjalankan aksi korporasi kuasi reorganisasi yang telah efektif pada 22 Agustus 2024 lalu. Kemudian, dalam waktu dekat BNBR akan menyelesaikan tahapan akhir aksi korporasi berupa private placement untuk konversi utang.
“Saat ini, private placement konversi utang ini adalah yang terakhir dalam agenda perseroan, karena dengan selesainya restrukturisasi utang ini, BNBR tidak lagi memiliki kewajiban jangka panjang material yang overdue,” kata Roy.
Di sisi lain, BNBR mencatatkan penurunan aset 64,75% YoY menjadi Rp7,08 triliun pada kuartal III/2024. Sementara itu, ekuitas BNBR naik 83,43% YoY menjadi Rp4,32 triliun. BNBR mencatatkan kas setara kas akhir periode yang turun 31,75% YoY menjadi Rp425,94 miliar.