Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak terpantau menguat pada awal perdagangan Senin (21/10/2024) setelah anjlok hampir 8% minggu lalu seiring dengan ketegangan yang berlanjut di Timur Tengah.
Mengutip Bloomberg, harga minyak jenis Brent naik 0,4% ke level US$73,35 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS juga menguat 0,4% ke level US$69,52 per barel.
Konflik di Timur Tengah masih menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan harga minyak. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan serangkaian pertemuan dengan para pembantu utamanya selama akhir pekan untuk membahas serangan berikutnya terhadap Iran.
Pada Sabtu (19/10/2024) pekan lalu, sebuah pesawat nirawak Hizbullah meledak di sebelah rumah pribadi Netanyahu, dan keesokan harinya Israel melancarkan serangan militer baru terhadap benteng-benteng Hezbollah di Lebanon. Israel telah bersumpah untuk membalas Iran atas serangan rudal pada awal Oktober.
Harga minyak mentah mengalami bulan yang bergejolak karena para pedagang menyeimbangkan risiko terhadap arus dari Timur Tengah saat Israel berhadapan dengan Teheran dan proksinya, terhadap tanda-tanda melemahnya permintaan di China.
Pada saat yang sama, Badan Energi Internasional mengatakan peningkatan pasokan global dapat menyebabkan surplus tahun depan, sedangkan OPEC+ bersiap memulihkan sebagian kapasitas yang ditutup mulai Desember.
Baca Juga
Rencana Netanyahu pada hari Minggu untuk menyerang Iran membuatnya pertama-tama bertemu dengan penasihat dekatnya, kemudian kabinet keamanan. AS telah menasihati Israel agar tidak mencapai target energi di produsen OPEC terbesar ketiga, tetapi kantor perdana menteri mengatakan negara itu akan membuat keputusannya sendiri.
Sementara ketegangan di Timur Tengah tetap tinggi, metrik Brent menunjukkan kondisi fisik menjadi kurang ketat. Selisih harga minyak mentah acuan tiga bulan telah menyempit menjadi 91 sen per barel dalam backwardation, turun dari $1,61 sekitar satu bulan lalu, dan jauh di atas $2 tiga bulan lalu.