Bisnis.com, JAKARTA -- Investor asing mencetak penjualan bersih alias net sell di seluruh pasar sebesar Rp4,99 triliun selama sepekan terakhir. Analis melihat penjualan ini bersifat sementara dan memandang bullish prospek IHSG pada Oktober.
Senior Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Fath Aliansyah menjelaskan pergerakan IHSG beberapa waktu terakhir dipengaruhi oleh stimulus Cina dan data ekonomi AS yang di atas ekspektasi.
"Sementara itu, net sell asing ini hanya sementara, dana asing bisa masuk kembali," ujar Fath, Jumat (11/10/2024).
Dia menjelaskan salah satu faktor penggerak IHSG adalah data tingkat pengangguran yang membaik 4,1% dan non-farm payroll di AS, ditambah paket stimulus Cina menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG dari global.
Sementara itu, meskipun data inflasi di luar ekspektasi pasar, tetapi tren inflasi tahunan menurutnya masih turun.
Hal tersebut menurutnya bisa menjadi alasan pemangkasan suku bunga The Fed pada November mendatang.
Baca Juga
"Dalam jangka pendek kita akan mendengar tim kabinet dan pelantikan Presiden yang bisa jadi katalis IHSG dalam waktu dekat," ucapnya.
Sementara itu, Senior Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menjelaskan pihaknya melihat peluang penurunan suku bunga acuan dari The Fed masih tetap terbuka lebar pada November maupun Desember mendatang.
"Apalagi kita melihat The Fed lebih cenderung data dependency, kita lihat US CPI sudah cooling down. Jadi ini membuka ruang bagi The Fed untuk menerapkan kebijakan pelonggaran moneter," tutur dia.
Di sisi lain, Nafan melihat net sell yang terjadi pada IHSG lebih disebabkan oleh IHSG yang pada bulan lalu telah meninggalkan level 7.910.
Menurut Nafan, euforia tersebut telah mereda, dan ditambah lagi dengan adanya stimulus jumbo dari China yang membuat aliran modal investor asing keluar dari pasar modal Indonesia.
"Belum lagi ditambah geopolitical risk sentiment, terutama di kawasan timur tengah. Jadi itu yang membuat pasar modal kita mengalami net sell," ucap Nafan.
Sementara itu, dari domestik sentimen menurutnya lebih cenderung terkait dengan data makro ekonomi, dengan konsumen yang cenderung melakukan saving atau menabung. Hal tersebut terlihat ari deflasi yang terjadi salam lima bulan berturut-turut.
Nafan memproyeksikan pergerakan IHSG masih bisa bullish selama Oktober ini. Dia mengamati selama delapan tahun terakhir, pada bulan Oktober IHSG selalu ditutup pada level positif.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.